JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia Prof. Dr. Andrijono, Sp.OG (K) menampik kabar pemberian vaksin Human Papillomavirus (HPV) kepada anak-anak menyebabkan menopause dini. Hal ini sekaligus untuk membantah pemberitaan mengenai kanker serviks yang beredar luas di media sosial.
"Tidak.. Tidak.. Tidak. Kami klarifikasi, enggak ada menopause, tidak ada hubungan vaksinasi dengan menopause," kata Andrijono, di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (28/11/2016).
Dia mengatakan, pemberian vaksin ini hanya menyebabkan efek samping ringan, yakni sakit atau bengkak di tubuh lokasi suntikan. Ringannya efek samping ini karena vaksin berisi kulit atau cangkang dari virus HPV.
"Jadi ada protein dari kulitnya, begitu disuntikkan ke dalam tubuh manusia, dia akan membuat reaksi antibodi. Antibodi akan beredar di dalam tubuh," kata Andrijono.
Cairan tersebut menyebar ke serviks dan vagina. Sehingga, begitu virus HPV masuk ke serviks atau vagina, dapat dinetralisir menggunakan antibodi tersebut.
Andrijono menjelaskan, vaksin HPV tidak dengan menyuntikkan virus, melainkan menyuntikkan protein yang terkandung dalam cangkang virus.
"Vaksin ini relatif aman dan bisa dikembangkan menjadi vaksinasi nasional. Di negara lain juga sudah lebih dahulu melakukan vaksin HPV," kata Andrijono.
Pemprov DKI Jakarta bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk mensubsidi pemberian vaksin kanker serviks. Vaksin kanker serviks diberikan kepada anak kelas 5 SD.
Adapun pemberian vaksin merupakan salah satu langkah pencegahan kanker serviks. Namun, banyak warga tidak melakukan vaksin karena harganya melampau tinggi, yakni Rp 750.000 tiap sekali vaksin.
Pemprov DKI Jakarta menargetkan pemberian vaksin HPV kepada 75.000 siswi kelas 5 SD.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.