Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DKI Jakarta Jadi "Pilot Project" Vaksinasi Kanker Serviks Gratis

Kompas.com - 28/11/2016, 17:33 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - DKI Jakarta menjadi provinsi pertama yang menjalankan program Kementerian Kesehatan untuk memberi vaksin Human Papillomavirus (HPV) kepada anak-anak secara cuma-cuma alias gratis.

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Koesmedi Priharto, menjelaskan, tingginya angka perempuan yang meninggal akibat kanker serviks membuat pemerintah pusat memutuskan melakukan vaksinasi HPV.

"Program ini sudah direncanakan dari beberapa tahun lalu di Indonesia dan dilakukan pertama kali di Badung, Bali, tapi privat (tidak dibiayai APBN). Pembiayaan APBN pertama kali dicoba di DKI Jakarta," kata Koesmedi di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (28/11/2016).

Program ini sudah mulai dilaksanakan awal Oktober ini. Targetnya, sebanyak 75.000 siswi kelas 5 SD yang dapat divaksin tahun ini.

Sedangkan tahun depan, Dinkes DKI Jakarta menargetkan 150.000 siswi kelas 5 dan 6 SD dapat divaksin HPV. Siswi yang mendapat vaksin adalah siswi kelas 5 SD, Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Luar Biasa (SLB), dan panti asuhan.

Vaksin HPV bagi siswi kelas 5 SD dibiayai menggunakan anggaran pendapatan belanja negara (APBN) sebesar Rp 10 miliar.

"Dana dari pemerintah pusat hanya vaksinnya saja. Dalam vaksinasi, tentunya ada dukungan operasional di 44 puskesmas melalui dana BLUD (dari APBD DKI) sebesar Rp 1,1 miliar," kata Koesmedi.

Program ini dilaksanakan bersamaan dengan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Biasanya, BIAS dilaksanakan tiap Agustus. Namun, tahun ini, vaksin dilaksanakan pada Oktober. Setiap anak, akan mendapatkan dua dosis. Satu dosis diberikan saat kelas 5 dan satu dosis berikutnya akan diberikan saat siswa kelas 6.

Ketua Umum Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia Andrijono menjelaskan, vaksin HPV tergolong mahal. Sekali suntik, tiap orang harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 800.000 hingga 1 juta.

Jika vaksin baru diberikan saat usia SMP atau SMA, maka harus diberi dosis 3 kali. Sedangkan jika vaksin diberikan pada usia SD, hanya membutuhkan dua kali dosis.

"Vaksinasi anak sekolah kelas 5 SD, proteksi 15 tahun. Diperkirakan antibodi flat, tidak perlu tambahan booster (vaksin tambahan), karena antibodinya bagus," kata Andrijono.

Indonesia, kata dia, tergolong terlambat melaksanakan vaksin HPV. Sebanyak 64 negara lain di dunia sudah memberikan vaksin HPV gratis kepada anak-anak. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Australia, Malaysia, Srilanka misalnya,  menjadikan vaksinasi kanker serviks ini sebagai program imunisasi nasional.

Dokter dari Rumah Sakit Hermina Jakarta Timur yang juga Satgas Imunisasi PP IDAI, Jose RL Batubara, menjelaskan efek samping yang ditimbulkan dari vaksin ini sangat ringan, yakni bengkak atau sakit di tubuh yang disuntik.

Dia membantah adanya pesan yang beredar di media sosial terkait efek menopause dini dari pemberian vaksin HPV.

"Sekarang kami baru mencoba di DKI Jakarta, karena yang memiliki dana dan kesiapan paling siap dibanding daerah lainnya. Tapi kenapa diributin, mestinya didukung dong," kata Jose.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Uniknya Seni Lukis Piring di Bekasi, Bermodalkan Piring Melamin dan Pensil Anak SD

Uniknya Seni Lukis Piring di Bekasi, Bermodalkan Piring Melamin dan Pensil Anak SD

Megapolitan
Sapi Kurban Mengamuk Saat Hendak Disembelih di Tangsel, Rusak Tiga Motor Warga

Sapi Kurban Mengamuk Saat Hendak Disembelih di Tangsel, Rusak Tiga Motor Warga

Megapolitan
Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Megapolitan
PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil 'Survei Langitan'

PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil "Survei Langitan"

Megapolitan
Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Megapolitan
Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Megapolitan
Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Megapolitan
Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Megapolitan
Pengelola Rusunawa Marunda Bakal Pasang Alat Kontrol Patroli untuk Cegah Penjarahan Berulang

Pengelola Rusunawa Marunda Bakal Pasang Alat Kontrol Patroli untuk Cegah Penjarahan Berulang

Megapolitan
Menunggu Berjam-jam di Masjid Istiqlal, Warga Kecewa Tak Ada Pembagian Daging Kurban

Menunggu Berjam-jam di Masjid Istiqlal, Warga Kecewa Tak Ada Pembagian Daging Kurban

Megapolitan
Sugito Tak Masalah Dapat Daging Kurban Sedikit: Yang Penting Orang di Lingkungan Kita Bisa Makan

Sugito Tak Masalah Dapat Daging Kurban Sedikit: Yang Penting Orang di Lingkungan Kita Bisa Makan

Megapolitan
Warga Jakbar Datang ke Masjid Istiqlal Berharap Kebagian Daging Kurban: Di Rumah Cuma Dapat 2 Ons

Warga Jakbar Datang ke Masjid Istiqlal Berharap Kebagian Daging Kurban: Di Rumah Cuma Dapat 2 Ons

Megapolitan
PKB Terbitkan SK Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024

PKB Terbitkan SK Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pisau JF untuk Tusuk Tetangganya yang Ganggu Anjing Semula untuk Ambil Rumput

Pisau JF untuk Tusuk Tetangganya yang Ganggu Anjing Semula untuk Ambil Rumput

Megapolitan
Diduga Sakit, Pria Lansia Ditemukan Meninggal di Kamar Kos Bogor

Diduga Sakit, Pria Lansia Ditemukan Meninggal di Kamar Kos Bogor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com