JAKARTA, KOMPAS.com - Minuman keras oplosan masih ada di tengah masyarakat. Pada pekan lalu, Delapan orang di Cakung, Jakarta Timur, tewas usai menenggak miras oplosan.
Miras oplosan yang berbahaya masih disukai karena harganya murah.
Padahal, sejumlah bahan baku miras oplosan adalah bahan berbahaya. Tak heran jika mimuman itu memakan korban jiwa.
Kasus kematian delapan warga akibat miras oplosan terjadi di wilayah Kelurahan Rawa Terate dan Kelurahan Jatinegara, di Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.
Pelaku pengoplos dan peracik miras mematikan itu yakni NN (40) dibantu UDN, CM dan DT.
Pada hari kejadian, Kamis (24/11/2016), miras oplosan yang diracik NN dibeli para korban. Lalu, satu persatu korban tewas usai menenggak miras oplosan tersebut.
NN kemudian dibekuk polisi untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Tiga rekan NN kini masih buron.
"Tersangka baru satu NN dia yang meracik langsung. Sementara yang tiga orang masih kami kejar," kata Kepala Polsek Cakung Komisaris Sukatma, di Cakung, Senin (28/11/2016).
(Baca: Setelah 8 Orang Tewas, Antisipasi Miras Oplosan di Cakung Ditingkatkan )
Kepada petugas, NN mengaku sudah menjalankan aksinya selama 3,5 bulan. NN belajar meracik miras dari temannya dan kemudian mengembangkan usahanya sendiri.
NN mengajak UDN untuk membantu menjual miras di sekitar lokasi kejadian di Jalan KR Radjimant, Cakung.
UDN dan CM berperan sebagai penjual miras oplosan, sedangkan DT sebagai pesuruh.
"Setelah tahu ada yang meninggal tiga orang ini langsung kabur," ujar Sukatma.
Minuman yang diracik pelaku tidak bermerek. Campurannya dari alkohol, air, madu, minuman energi dan zat pewarna. Sebotol miras oplosan dijual Rp 15.000.
"Hari itu (ditangkap) ada sekitar 120 botol, sudah laku dan sisa 66 (botol)," ujar Sukatma.