JAKARTA, KOMPAS.com - Tak hanya pegawai pemerintah dan pekerja harian lepas (PHL) yang bekerja di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Utan Kayu, Rawamangun, Pulogadung, Jakarta Timur. Namun, banyak warga, termasuk yang tinggal di sekitar TPU menggantungkan hidup mengais rupiah dengan bekerja sebagai "perawat taman".
Mereka ini bukan pegawai resmi di pemakaman tersebut.
Pantauan Kompas.com, Kamis (26/1/2017) sore, para perawat taman yang bekerja di TPU ini jumlahnya cukup banyak. Mereka mudah dikenali dengan ciri-ciri membawa sapu lidi, gunting pemotong rumput, tangki air penyiram rumput, dan sejumlah perkakas lainnya.
Seorang perawat taman di TPU tersebut mengatakan, sekitar 50 orang perawat taman yang merupakan warga sekitar atau luar TPU bekerja menggantungkan hidup di pemakaman ini. Pria tersebut misalnya, mengurusi sekitar 30 makam.
Atas jasanya itu, ahli waris dari masing-masing makam membayarnya Rp 30.000 per bulan. Artinya, ia memperoleh Rp 900.000 perbulan dari mengurusi 30 makam jatahnya.
"Terus kalau ada yang ziarah, terus kotor minta dibersihin, kita juga dapat. Tapi itu terserah dia mau kasih berapa," kata pria tersebut saat berbincang dengan Kompas.com, di TPU tersebut, Kamis sore.
Hanya biaya perawatan makam yang jadi pemasukan tetap baginya. Untuk pemberian dari ahli waris yang sedang berziarah, tergantung keikhlasan peziarah tersebut.
"Kita enggak minta," ujarnya. (Baca: Diduga Ada Pungli yang Dilakukan Calo di TPU Utan Kayu)
Pekerjaan seorang perawat taman, lanjut dia, seputar memotong rumput dan membersihkan makam. Kalau sedang musim kering, barulah makam disirami air agar rumputnya tidak kering. Atau kalau ada tempat makam yang rusak atau jebol, dirinya menyediakan jasa untuk memperbaiki.
Soal kasus dugaan pungli di makam itu, pria ini mengaku tidak tahu menahu. Perawat makam lainnya, yang juga ditemui Kompas.com di sekitar pemakaman itu, mengaku tidak tahu soal pungli-pungli yang belakangan terkuak di TPU tersebut.
Perawat makam itu menilai, PHL Sudin Pertamanan dan Pemakaman yang kantornya ada di paling depan TPU itulah yang lebih tahu kasus tersebut. "Kita enggak tahu," ujar dia.
Namun, sama seperti perawat makam sebelumnya, dia mengakui mereka bekerja di pemakaman tersebut, dan dibayar oleh ahli waris makam, atas jasa mereka merawat kubur. Bahkan, ada yang bekerja sudah sejak kecil di TPU tersebut.
Atas kasus dugaan pungli ini, yang diduga dilakukan calo, dirinya merasa dirugikan. "Kita merasa dirugikan, jadi kita ikut-ikutan kena," ujarnya.