Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kehebatan dan Cerita di Balik Simpang Susun Semanggi...

Kompas.com - 22/02/2017, 10:06 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Simpang Susun Semanggi yang rencananya akan jadi infrastruktur pengentas kemacetan di kawasan itu ternyata menyimpan keunikan dan cerita di baliknya.

Deputi General Manager Superintendent Proyek Simpang Susun Semanggi dari Wijaya Karya Dani Widiatmoko menuturkan, Simpang Susun Semanggi memiliki salah satu teknologi jembatan tercanggih saat ini.

Dua flyover yang melingkar ini tersusun dari 333 segmental box girder yang telah dicetak (precast) untuk kemudian disusun. Tantangannya, jika cetakan tidak sama persis atau berbeda beberapa sentimeter saja, antara boks yang satu dan yang lain tidak akan bertemu sempurna.

Jarak antarkolom terjauh, sekitar 80 meter, menuntut kepresisian dalam pemasangan. Sebab, jika tidak, flyover ini bisa ambruk sewaktu-waktu.

"Pengerjaannya enggak expose, sering kali ada beton yang kelihatan, itu namanya cold joint karena sambungan antara cor beton yang lama sama baru enggak ketemu. Kemudian di kolomnya Anda lihat benar-benar expose presisi, silakan benchmark (bandingkan) ke tempat yang lain," kata Dani di lokasi, Selasa (21/2/2017).

Nibras Nada Nailufar Bentang pertama Simpang Susun Semanggi dari arah Grogol ke Blok M di atas Jalan Jenderal Sudirman sudah tersambung.
Kecanggihan teknologi ini sebenarnya bukan yang pertama. Jembatan Semanggi, bersama Gelora Bung Karno, awalnya merupakan proyek prestise Bung Karno saat menyambut tamu Asian Games tahun 1962.

Jembatan tersebut mulai dibangun pada 1961. Ketika Presiden Soekarno telah mantap dengan idenya untuk membangun sebuah stadion olahraga megah di kawasan Senayan, Ir Sutami mengusulkan membangun jembatan guna mengatasi kemungkinan munculnya persoalan kemacetan lalu lintas.

Sutami, yang kala itu menjabat Menteri Pekerjaan Umum (PU), memunculkan ide itu dalam rapat kabinet. Dia mengaku khawatir kemacetan lalu lintas bakal timbul jika ada acara besar di Senayan.

"Jembatan Semanggi yang lama pada masanya menggunakan teknologi beton yang paling update, menggunakan precast. Kemudian pada zaman Pak Harto, Simpang Semanggi ini dikembangkan, ada tol dalam kota. Nah, terus pada zaman Pak Jokowi dan Pak Ahok ini disempurnakan," ujar Dani.

Berbeda dari jembatan pada umumnya di Ibu Kota dan Indonesia, Simpang Susun Semanggi memiliki dimensi XYZ, atau tiga dimensi, yakni memiliki ramp on dari bawah kemudian membentang dengan melingkar, dan ramp off atau turunan.

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Pekerja merampungkan pembangunan proyek jalan layang Simpang Susun Semanggi, Jakarta, Selasa (1/11/2016). Pembangunan jalan layang tersebut merupakan salah satu upaya untuk mengurai kemacetan di kawasan ini. Proyek tersebut dijadwalkan selesai pada Agustus 2017.
Adapun jembatan ini didesain oleh Jodi Firmasyah, ahli jembatan dari ITB yang pernah merancang Jembatan Barelang yang kini jadi ikon Pulau Batam.

Simpang Susun Semanggi yang rencananya akan jadi ikon Jakarta kedua setelah Monas tak hanya menyimpan kecanggihan, tetapi estetika dengan makna personal bagi Jakarta.

Salah satu estetika yang akan dinikmati warga nantinya adalah pencahayaan lampu warna-warni di sepanjang bentangnya.

Ketika diinisiasi pada 1961, Semanggi dipilih sebagai nama jembatan tersebut. Semanggi sesungguhnya nama lokal (Jawa) tumbuhan Marsileaceae yang bisa dijadikan lalapan. Tanaman merambat itu hidup di semak, berdaun majemuk, dan biasa ditemukan di dekat perairan.

"Jembatan ini kita anggap seperti daun semanggi, mengapung di atas air, sehingga nanti lampunya itu bisa disetel warnanya, kemudian dengan software khusus kita berikan efek seperti gelombang air," kata Dani.

Halaman:


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com