Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua KPU DKI Dapati Petugas KPPS yang Arogan dan Tak Profesional

Kompas.com - 14/03/2017, 19:02 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta Sumarno mengatakan, masih ada petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang tidak profesional saat bertugas di TPS pada hari pencoblosan.

Sumarno mengatakan hal itu ketika dikritik oleh anggota Komisi A DPRD DKI soal kualitas petugas KPPS. Sumarno pun menceritakan pengalamannya berhadapan langsung dengan petugas KPPS yang tidak profesional.

"Bahwa ada KPPS yang arogan itu memang ada. Bahkan saya ketemu sendiri," kata Sumarno dalam rapat bersama Komisi A DPRD DKI di Gedung DPRD DKI Jakarta, Jalan Kebon Sirih, Selasa (14/3/2017).

Sumarno mengatakan, saat itu dia sedang meninjau pencoblosan di salah satu TPS. Ada warga yang dilarang menggunakan hak suaranya karena tidak membawa C6. Namun nama warga terdaftar di dalam daftar pemilih tetap (DPT).

Warga tersebut disuruh pulang oleh petugas KPPS tersebut. Lantas, Sumarno menegur petugas tersebut dan menyampaikan bahwa warga itu boleh memilih.

"Tetapi kata dia, 'maaf tidak bisa, saya hanya menjalankan tugas'," ujar Sumarno.

Petugas KPPS itu tetap berkeras meski akhirnya tahu bahwa yang menegurnya adalah ketua KPU DKI.

Ada pula cerita mengenai kesalahan kolektif yang dilakukan petugas KPPS, saksi, hingga pengawas TPS. Hal itu terjadi di Utan Panjang dan Kalibata. Akibat ketidaktahuan mereka, warga bisa menggunakan hak pilih dengan menggunakan C6 milik orang lain.

"Satu lagi ada yang bawa C6 anaknya di Kanada. Dia tanya boleh tidak mewakili anak saya di Kanada? Saksi membolehkan, pengawas TPS membolehkan, KPPS membolehkan," ujar Sumarno.

"Padahal tidak boleh. Akhirnya Bawaslu merekomendasikan dilakukan pemungutan suara ulang," kata Sumarno.

Sumarno mengatakan, jumlah petugas KPPS yang tidak profesional seperti itu tidak banyak. Dia mengatakan mereka sudah langsung diganti dengan orang lain dan tidak lagi menjadi petugas KPPS.

Untuk mencegah hal itu terjadi lagi, kata Sumarno, petugas KPPS akan diberi pelatihan berupa simulasi. Simulasi tersebut baru bisa dilakukan setelah penetapan petugas KPPS putaran kedua.

"Ya latihannya jangan hanya dengar ceramah. Tapi langsung, bagamana isi formulirnya, lalu kalau ada kasus seperti ini bagaimana mengatasinya," kata Sumarno.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Ngaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Ngaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kejamnya Nico Bunuh Teman Kencan di Indekos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kejamnya Nico Bunuh Teman Kencan di Indekos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Megapolitan
Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Megapolitan
NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com