Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Matah Ati Bawa Wayang Beber dan Samparan ke London

Kompas.com - 20/03/2017, 11:25 WIB

JAKARTA, Kompas.com - Rombongan tari Matah Ati memenuhi undangan Pemerintah Inggris dalam acara Malam “Indonesia Regal Heritage” di Victoria & Albert Museum, London 25 Maret 2017.   

Rombongan Matah Ati pimpinan Atilah Soeryadjaya ke London, Selasa 21 Maret 2017 untuk memenuhi undangan Pemerintah Inggris dalam acara Malam “Indonesia Regal Heritage” di Victoria & Albert Museum, London 25 Maret 2017.   

Fajar Satriadi menjadi salah satu penari yang turut diundang untuk menyukseskan pentas Arka Suta memperingati 41 tahun Padnacwara, Jumat (17/03) malam di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki tampil bersama 7 penari wanita untuk membawakan Samparan Matah Ati.  

“London itu ada kesamaan internal psikologi dengan orang-orang Jawa khususnya, karena adanya kesamaan budaya berbasis monarki. Tentu ini menjadi sebuah kebanggaan tersendiri untuk saya dan yang lain karena itu (Indonesia’s Regal Heritage) adalah malam Indonesia, bagaimana kita memamerkan heritage bagi khalayak ramai di sana.

kelompok tari matah ati


"Indonesia nanti diwakili kelompok Matah Ati dan beberapa teman lain yang akan mengusung budaya Indonesia lainnya. Saya harap akan secara kontinu mampu mengabarkan kekayaan khasanah yang kita punya. Itu menurut saya momentum yang berharga sekali,” ujar Fajar usai pentas Arka Suta.

Dalam pentas yang akan berlangsung di London akan dibuka dengan Wayang Beber, yaitu wayang yang digambarkan pada selembar kain kemudian keluarlah Panji dari kain itu dengan menari topeng.

“Saya juga ingin berbagi keunikan daripada topeng yang dipunyai Indonesia. Kalau Bali (topeng) itu diikat, di Jogja pun diikat, topeng Eropa pun diikat, hanya  topeng Jawa saja yang digigit oleh penarinya. Ini unik sekali dan mungkin di dunia hanya satu-satunya. Menjadi sulit ketika topeng digigit sembari bernafas dan menari,” jelas Fajar lebih lanjut.

Dalam kesempatan ini, Fajar yang dalam kesehariannya adalah penari dan choreographer ini akan kembali memerankan tokoh utama Matah Ati yaitu Pangeran Samber Nyowo atau Mangkunegara I.  

Dalam acara “Indonesia Regal Heritage” kelompok Matah Ati pimpinan Atilah Soeryadjaya dan perwakilan Indonesia lainnya berharap bisa lebih mengenalkan kebudayaan Indonesia di mata dunia. Ia tidak ingin kebudayaan ibu pertiwi kalah populer dari negara-negara tetangga seperti Malaysia.  Kebudayaan Indonesia yang luar biasa tetapi masih jarang jarang dikenal  masyarakat terutama masyarakat Eropa.

Dalam pengalamannya melawat berbagai negara, Fajar menceritakan keprihatinannya karena masyarakat Eropa mengenal Reog, Serampang Dua Belas dan Jaranan adalah budaya dari Malaysia.

Agar kebudayaan Indonesia sendiri dapat dikenal oleh dunia dibutuhkan kesadaran dari generasi muda bahwa seni dan  tradisi bukan sesuatu hal yang kuno atau usang. Salah satu contoh adalah drama kolosal Matah Ati oleh Atilah Soeryadjaya yang dikemas secara modern dengan kekinian dan teknologi.

Pemerintah juga harus turun tangan untuk belajar bersama agar generasi muda turut mencintai tradisi yang mereka punya. “Akan bahaya jika budayanya tidak dikenal, tidak mengenal dirinya dan akhirnya tubuhnya migrasi ke (kebudayaan) Eropa,” ungkap Fajar. (*/)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Disarankan Gunakan Wisma Atlet Buat Tampung Warga Eks Kampung Bayam

Pemprov DKI Disarankan Gunakan Wisma Atlet Buat Tampung Warga Eks Kampung Bayam

Megapolitan
Terlibat Tawuran, Dua Pelajar Dibacok di Jalan Raya Ancol Baru

Terlibat Tawuran, Dua Pelajar Dibacok di Jalan Raya Ancol Baru

Megapolitan
Potret Kemiskinan di Dekat Istana, Warga Tanah Tinggi Tidur Bergantian karena Sempitnya Hunian

Potret Kemiskinan di Dekat Istana, Warga Tanah Tinggi Tidur Bergantian karena Sempitnya Hunian

Megapolitan
Dinas SDA DKI Targetkan Waduk Rawa Malang di Cilincing Mulai Berfungsi Juli 2024

Dinas SDA DKI Targetkan Waduk Rawa Malang di Cilincing Mulai Berfungsi Juli 2024

Megapolitan
Pemprov DKI Teken 7 Kerja Sama Terkait Proyek MRT, Nilai Kontraknya Rp 11 Miliar

Pemprov DKI Teken 7 Kerja Sama Terkait Proyek MRT, Nilai Kontraknya Rp 11 Miliar

Megapolitan
Penampilan TikToker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Penampilan TikToker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Megapolitan
4 Pebisnis Judi 'Online' Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

4 Pebisnis Judi "Online" Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

Megapolitan
Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Megapolitan
Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Megapolitan
Masih Banyak Pengangguran di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Masih Banyak Pengangguran di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Megapolitan
Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Megapolitan
Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Megapolitan
Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com