JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah alasan yang disampaikan para penghuni rumah susun sewa (Rusunawa) yang menunggak iuran membuat Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat gemas.
Djarot pun kerap menyindir mereka dalam berbagai kesempatan. Selasa (15/8/2017) kemarin misalnya, saat melayani warga yang kebetulan meminta rusun kepadanya, Djorot kembali menyindir para penunggak itu.
Kemarin seorang ibu bernama Ika membawa suaminya yang duduk di kursi roda ke Balai Kota untuk meminta rusun. Ia bertemu Djarot dan Djarot langsung memenuhi permintaannya.
"Kebetulan banyak yang keluar," kata Djarot.
Djarot, setelah melihat kondisi kesehatan suami Ika, bersedia membantu asalkan Ika mengikuti peraturan di rusun yaitu membayar iuran. Iuran biasanya sebesar Rp 300.000 sampai Rp 400.000 per bulan.
"Tapi kalau di rusun ada kewajibannya loh ya," kata Djarot kepada Ika.
"Iya Pak enggak apa-apa," jawab Ika.
Ika bersedia membayar. Menurut dia, iuran rusun jauh lebih murah dari rumah kontrakannya yang sebesar Rp 2 juta per bulan.
Baca: Sambil Sindir Penunggak, Djarot Beri Rusun untuk Warga Berkursi Roda
Ia menyindir para penghuni yang akan dikeluarkan dari rusun karena tak kunjung membayar iuran. Total tunggakan iuran rusun saat ini mencapai Rp 32 miliar.
Djarot menjadikan kasus Ika sebagai contoh bahwa banyak warga yang membutuhkan rusun dan bersedia memenuhi kewajibannya. Menurut dia, iuran rusun sudah sangat murah.
Jika tidak suka tinggal di rusun, Djarot menantang para penunggak untuk mencari tempat tinggal yang lebih murah.
"Barangkali di tempat lain ada yang lebih murah, lebih baik, lebih nyaman, silakan. Itu pilihan. Hidup itu pilihan," kata Djarot.
Menurut Djarot, hidup di Jakarta memang penuh perjuangan. Pemprov DKI tidak mau mengajarkan warga berpangku tangan dengan menggratiskan iuran rusun. Pemprov DKI juga harus bersikap adil kepada warga rusun yang tertib membayar iuran.
"Nanti mereka jealous, cemburu kan," ujar Djarot.