JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah pembongkaran bangunan SMP Negeri 22 Pinangsia, Jakarta Barat, seorang pria berkemeja rapi menghampiri Walikota Jakarta Barat Anas Effendi dan Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Sopan Adrianto, Rabu (6/9/2017).
"86 tahun ayah saya berjuang untuk SMPN 22, tidak pantas kami diusir. Ayah saya ditugaskan oleh asing untuk menjaga sekolah ini waktu masih bernama Kuo Min Tang," ujar seorang pria bernama Yuda Hassibuan tersebut, Rabu.
Yuda meminta bangunan yang telah ia tinggali bersama keluarganya di lingkungan sekolah itu tak dirobohkan begitu saja.
"Dikosongkan saja dulu, jangan dirobohkan, saya masih akan tempuh jalur hukum," ujarnya sambil menenteng berkas-berkas yang ia sebut sebagai dokumen bukti tugas menempati rumah tersebut.
(Baca juga: Pemkot Jakbar Akan Tertibkan Bangunan SMPN 22 Pinangsia)
Dalam penertipan hari ini, lima keluarga telah bersedia direlokasi ke Rusun KS Tubun, Palmerah, Jakarta Barat.
Hanya keluarga Hassibuan yang masih bertahan di lokasi meski tak melakukan perlawanan saat barang-barangnya diangkut petugas.
Menanggapi hal tersebut, Sopan Adrianto meminya Yuda untuk menyampaikan keberatannya kepada Biro Hukum DKI Jakarta.
"Kami hanya melaksanakan instruksi gubernur untuk menertibkan kawasan ini. Jika ada keberatan sampaikan saja pada Biro Hukum. Silakan ajukan gugatan jika dirasa perlu," ujar Sopan.
Yuda tak puas akan jawaban yang dilontarkan Kepala Dinas Pendidikan DKI tersebut. Menurut dia, unit rusun dan uang senilai Rp 100 juta sebagai ganti rugi bukanlah nilai yang pantas. Ia meminta disediakan rumah pengganti.
"Bayangkan saja bagaimana ayah saya berjuang. Setidaknya sediakan rumah untuk kami," ucapnya.
(Baca juga: Pemprov DKI Resmikan 11 Sekolah Hasil Proyek Revitalisasi pada Oktober)
Meski demikian, untuk sementara Yuda dan keluarga bersedia menempati Rusun KS Tubun. "Tapi kami masih akan tetap perjuangkan ke jalur hukum," ujar dia.
Di seberang blok sekolah, terlihat ayah Yuda, Marsudi Hasibbuan, duduk terpaku dengan kemeja batik sambil mengamati pembongkaran SMPN 22, termasuk perjuangan puteranya mempertahankan hak ayahnya sebagai penjaga sekolah selama berpuluh-puluh tahun.
SMP Negeri 22 yang terletak di Jalan Jembatan Batu, Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat itu merupakan sekolah terakhir yang dirobohkan dalam proyek revitalisasi 102 unit sekolah di Jakarta.
Sopan mengatakan, saat akan ditertibkan, berulang kali 6 keluarga yang tinggal di kawasan tersebut menolak untuk direlokasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.