Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

100 Hari Anies-Sandi dan Realisasi OK Otrip

Kompas.com - 24/01/2018, 14:16 WIB
Stanly Ravel

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Salah satu program kerja yang mulai dijalankan Gubernur DKI Jakata Anies Baswedan dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno dalam 100 hari kepemimpinan mereka adalah One Karcis One Trip (OK Otrip).

Program OK Otrip menawarkan transportasi umum yang terintegrasi dan dengan biaya yang terjangkau bagi masyarakat melalui pembayaran uang elektronik.

Selama tiga jam, warga bisa menggunakan sejumlah moda transportasi yang tergabung dalam OK Otrip dengan ongkos Rp 5.000.

Uji coba program ini pun sudah mulai berjalan pada 15 Januari 2018 dengan biaya Rp 0 alias gratis saat masyarakat turun dari transjakarta lalu menggunakan angkutan kota (angkot) yang terintegrasi program OK Otrip.

"Hingga akhir Januari masyarakat bisa menikmati OK Otrip dengan tarif Rp 0. Ini berlaku untuk mereka yang sudah punya kartu dan belum. Selanjutnya, pada Februari diharapkan masyarakat sudah memiliki kartu dan tetap Rp 0 selama tiga bulan," kata Direktur Pelayanan Pengembangan & SDM PT Transjakarta Welfizon Yuza.

Baca juga: Kadishub DKI Rayu Sopir Angkot Tanah Abang Ikut OK Otrip

Rutenya terbagi di beberapa wilayah, seperti Kampung Melayu-Duren Sawit untuk area Jakarta Timur, Semper-Rorotan di Jakarta Utara, Kampung Rambutan-Lubang Buaya di Jakarta Timur, dan Lebak Bulus-Ragunan untuk Jakarta Selatan.

Dari hasil pantauan Kompas.com beberapa waktu lalu, sebagian besar warga merasa kaget ada program tersebut di wilayahnya, bahkan ada yang tidak mengerti cara menggunakannya.

Saat uji coba di Kampung Melayu-Duren Sawit, misalnya, banyak warga yang merasa binggung akan metode pembayaran menggunakan kartu elektronik. Selain itu, belum semua warga tahu mengenai rute baru OK Otrip.

Kemudian, saat uji coba rute Kampung Rambutan-Lubang Buaya terjadi gesekan dengan angkot yang tidak tergabung dalam OK Otrip.

Berdasarkan keterangan para sopir, bentrokan itu terjadi karena adanya rute yang bersinggungan. Sementara itu, menurut keterangan pihak Transjakarta, ada aksi unjuk rasa dari para sopir lain yang meminta gabung dalam OK Otrip.

Baca juga : Penjelasan Transjakarta soal Sopir T 05 yang Protes Pengoperasian OK Otrip

Terkait masalah ini, Ketua Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) Shafruhan Sinungan menilai bahwa sosialisasi OK Otrip belum maksimal, terutama kepada sopir-sopir angkot yang sudah ada.

"Masalahnya hanya sosialisasi. Jadi, memang angkot OK Otrip banyak yang rerouting jalur menggunakan rute baru," ucap Shafruhan beberapa waktu lalu.

Meski demikian, sebagian warga mengaku senang akan program ini. Selain karena biaya yang murah, angkot OK Otrip dinilai lebih cepat karena adanya aturan tidak boleh mangkal atau ngetem di pinggir jalan.

"Biasanya nunggu penumpang penuh baru jalan, kalau ini mau cuma dua atau satu sudah jalan. Naik dan menurunkan penumpang juga tidak sembarangan, ada lokasinya sendiri," ucap salah satu warga di Kampung Melayu.

Kompas TV KompasTV merangkum berita terpopuler tiap hari.


Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Tak Sadar Jarinya Digigit Sampai Putus, Satpam Gereja: Ada yang Bilang 'Itu Jarinya Buntung'

Tak Sadar Jarinya Digigit Sampai Putus, Satpam Gereja: Ada yang Bilang 'Itu Jarinya Buntung'

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Jadi Tersangka, Dijerat Pasal Pembunuhan dan Curas

Pembunuh Wanita Dalam Koper Jadi Tersangka, Dijerat Pasal Pembunuhan dan Curas

Megapolitan
Korban Duga Pelaku yang Gigit Jarinya hingga Putus di Bawah Pengaruh Alkohol

Korban Duga Pelaku yang Gigit Jarinya hingga Putus di Bawah Pengaruh Alkohol

Megapolitan
Geng Motor Nekat Masuk 'Kandang Tentara' di Halim, Kena Gebuk Provost Lalu Diringkus Polisi

Geng Motor Nekat Masuk 'Kandang Tentara' di Halim, Kena Gebuk Provost Lalu Diringkus Polisi

Megapolitan
Banyak Kondom Bekas Berserak, Satpol PP Jaga RTH Tubagus Angke

Banyak Kondom Bekas Berserak, Satpol PP Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Megapolitan
PN Jakbar Tunda Sidang Kasus Narkotika Ammar Zoni

PN Jakbar Tunda Sidang Kasus Narkotika Ammar Zoni

Megapolitan
Pelaku dan Korban Pembunuhan Wanita Dalam Koper Kerja di Perusahaan yang Sama

Pelaku dan Korban Pembunuhan Wanita Dalam Koper Kerja di Perusahaan yang Sama

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Curi Uang Rp 43 Juta Milik Perusahaan Tempat Korban Kerja

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Curi Uang Rp 43 Juta Milik Perusahaan Tempat Korban Kerja

Megapolitan
Pengemis yang Videonya Viral karena Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Pengemis yang Videonya Viral karena Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Megapolitan
Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Megapolitan
Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Megapolitan
Syarat Maju Pilkada DKI Jalur Independen: KTP dan Pernyataan Dukungan Warga

Syarat Maju Pilkada DKI Jalur Independen: KTP dan Pernyataan Dukungan Warga

Megapolitan
17 Kambing Milik Warga Depok Dicuri, Hanya Sisakan Jeroan di Kandang

17 Kambing Milik Warga Depok Dicuri, Hanya Sisakan Jeroan di Kandang

Megapolitan
Pintu Rumah Tak Dikunci, Motor Warga di Sunter Dicuri Maling

Pintu Rumah Tak Dikunci, Motor Warga di Sunter Dicuri Maling

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com