Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPAI: CW ke Singapura, 2 Anak Ditinggal di Hotel dan Dikunci dari Luar

Kompas.com - 14/03/2018, 13:55 WIB
Setyo Adi Nugroho,
Ana Shofiana Syatiri

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus adopsi yang dilakukan seorang wanita berinisial CW terhadap lima orang anak selama beberapa tahun dengan tinggal di hotel menarik perhatian Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

KPAI saat ini turun untuk mendampingi proses hukum yang berjalan dan mengawasi kondisi kelima anak tersebut.

Dari keterangan yang didapat KPAI dari kelima anak adopsi tersebut, ada ikatan emosional terhadap CW yang merawat mereka selama ini.

"Dari reaksi mereka memang ada kelekatan secara emosional sebab ada yang dari kecil sudah ada yang diasuh oleh CW. Jadi seperti orangtua anak-anak tersebut," ucap Komisioner KPAI Putu Elvina saat dihubungi, Rabu (14/3/2018).

Baca juga : Misteri Kehidupan CW dan 5 Anak Adopsinya di Hotel Selama 10 Tahun

Putu mengatakan, KPAI bukan hanya melihat kondisi emosional anak-anak, tetapi juga menyorot penelantaran oleh CW.

Dia mencontohkan, saat CW meninggalkan dua anak yang diadopsinya di dalam kamar hotel, sementara dia pergi ke luar negeri. Hal ini bisa masuk dalam masalah pengasuhan atau penelantaran.

"Misal saat CW ke Singapura. Dua anak ini ditinggal di hotel dan dikunci dari luar. Kalau terjadi kebakaran bagaimana? Ada hal berisiko terhadap keselamatan anak-anak. Ini salah," ucap Putu.

Baca juga : Biaya CW 10 Tahun Tinggal di Hotel Diperkirakan Sekitar Rp 12 Miliar

Putu menceritakan, kelima anak tersebut mendapat perlakuan berbeda selama bersama CW. Dua anak yang memiliki kebutuhan khusus disebut tidur di kamar mandi beralaskan koran.

Sedangkan tiga anak lain mengaku merasa nyaman dengan pengasuhan CW karena selalu mendapatkan kenyamanan hotel serta ikut jalan-jalan.

Saat ini, KPAI terus mengawasi jalannya proses hukum kasus tersebut dan bekerja sama dengan Polda Metro Jaya. Pendampingan untuk kelima anak yang diadopsi terus dilakukan termasuk bekerja sama dengan kementrian sosial untuk mencari orang tua kelima anak tersebut.

Baca juga : 10 Tahun Tinggal di Hotel, CW Habiskan Rp 3 Juta Per Hari untuk Sewa Kamar

Polisi mengamankan CW dan empat orang anak di salah satu hotel di Jakarta Pusat, akhir Februari 2018. Polisi mendapat laporan dari warga bernama Y bahwa ada dugaan CW melakukan eksploitasi terhadap anak-anak tersebut.

Y mengetahui hal itu dari FA, salah satu anak yang pernah tinggal dengan CW. FA melarikan diri dari CW karena mendapat perlakuan kasar hingga tindakan penganiayaan.

Mendapat laporan tersebut, polisi kemudian mendatangi hotel yang dimaksud. Di dalam satu kamar hotel, polisi menemukan CW dan empat anak lainnya. Keempat anak tersebut berinisial, RW (14), OW (13), EW (10), dan TW (8).

Baca juga : Kasus Anak Adopsi CW yang Tinggal 10 Tahun di Hotel Dilimpahkan ke Polda Metro Jaya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com