Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warna-warni Rusunami Benhil 2 yang Berawal dari Kedatangan Anggota DPRD DKI

Kompas.com - 26/03/2018, 17:12 WIB
David Oliver Purba,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ada yang berbeda dari Rumah susun sederhana milik (Rusunami) Benhil 2. Rusunami Benhil 2 yang terletak di Jalan Penjernihan, Bendungan Hilir, Tanah Abang, Jakarta Pusat ini dicat berwarna-warni.

Pantauan Kompas.com di lokasi, Senin (26/3/2018), bagian depan rusunami yang mengarah ke jalan dicat dengan berbagai warna biru, merah, hijau, kuning, dan oranye.

Warna cat yang mencolok, bangunan yang tinggi, serta letak rusunami yang begitu dekat dengan jalan raya membuat rusunami yang dibangun pada 1980-an ini menarik perhatian dari kejauhan.

Namun, hanya bagian depan rusunami yang dicat berwarna warni. Bagian dalam rusunami tidak tidak dicat sama sekali. Tampak di bagian dalam rusunami, cat dinding telah luntur bahkan dinding terlihat kusam.

Baca juga : Perkampungan di Jakarta Utara Akan Dicat Warna Warni

Warna Warni di Rusunami Benhil 2, Jalan Penjernihan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (26/3/2018). KOMPAS.com/DAVID OLIVER PURBA Warna Warni di Rusunami Benhil 2, Jalan Penjernihan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (26/3/2018).

Sulianto, warga Rusunami Benhil 2 yang menjadi humas kegiatan pengecatan rusunami tersebut mengatakan, ide pengecatan rusunami berawal dari kedatangan salah satu anggota DPRD DKI Jakarta ke rusun tersebut pada 2017.

Anggota DPRD DKI yang enggan disebutkan namanya itu mengatakan sering melewati jalan di depan rusunami tersebut. Dia merasa risih melihat rusunami yang terlihat kumuh.

Anggota DPRD itu kemudian mencarikan sponsor untuk pengecatan. Melalui dana corporate social responsibility, sebuah perusahaan cat berminat membantu mencar rusunami tersebut.

"Kami dapat CSR. Selama ini rusun enggak pernah dicat, dilihat warga kesannya kumuh bahkan anggota DPRD itu mengesankan enggak enak dilihat," ujar Sulianto saat berbincang dengan Kompas.com di Rusunami Benhil 2, Senin.

Baca juga : Dulu Kumuh, Sekarang Begini Pemandangan Warna-warni di Kamal Muara

Sulianto mengatakan, rencana sempat terhambat karena tak ada satupun warga rusunami yang berkenan untuk membantu melakukan pengecatan. Di sisi lain, pengelola rusunami tidak memiliki cukup dana untuk membayar pekerja.

Warna Warni di Rusunami Benhil 2, Jalan Penjernihan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (26/3/2018). KOMPAS.com/DAVID OLIVER PURBA Warna Warni di Rusunami Benhil 2, Jalan Penjernihan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (26/3/2018).

 

Akhirnya, dibantu anggota DPRD tersebut, perusahaan plat merah, PT Wijaya Karya membantu pengecatan dengan mengerahkan para pekerjanya secara gratis.

Sulianto mengatakan, pemberian warna tidak sembarangan. Peletakan warna berdasarkan rekomendasi dari arsitek. Selain itu, pengecatan dilakukan sebanyak tiga kali untuk mendapatkan warna cerah yang diinginkan.

Pengecatan yang harusnya ditargetkan dua bulan harus diundur menjadi tiga bulan. Ini karena dengan alat seadanya, pengecatan tidak bisa seluruhnya dilakukan dari depan rusunami, tapi harus dilakukan dari dalam unit rusun.

Baca juga : Tren Destinasi Wisata Warna-warni dari Tahun ke Tahun

Sulianto mengatakan, ada lebih dari 100 cat yang digunakan dalam pengecatan Rusunami Benhil 2 atau jika dirupiahkan biaya pengecatannya mencapai Rp 300 juta.

Adapun pengecatan tidak dilakukan seluruhnya karena keterbatasan cat dari perusahaan CSR tersebut. Sulianto berharap agar pemerintah mau untuk membiayai pengecatan rusunami tersebut secara keseluruhan.

"Ya kalau bisa pemerintah bantu agar bisa dicat seluruhnya," ujar Sulianto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com