Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejumlah Harapan dan Keluh Kesah Warga pada HUT DKI ke-491

Kompas.com - 22/06/2018, 16:08 WIB
Rima Wahyuningrum,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Kota Jakarta memasuki usia ke-491 tahun tepat pada 22 Juni ini atau Jumat (22/6/2018). Beragam harapan sekaligus keluh kesah disampaikan warga seiring bertambahnya usia Ibu Kota.

Tiara (27) pegawai perusahaan riset pemasaran di Gatot Subroto, Jakarta Selatan, berharap agar kemacetan di Jakarta bisa berkurang. Ia menyarankan pemerintah mengatur penjualan kendaraan dan menaikan tarif pajak.

"Dengan naikin tarif tol atau naikin pajak kendaraan bermotor, jadi masyarakat mikir dan milih kendaraan umum daripada kendaraan pribadi," kata Tiara, Jumat.

Sebagai pengguna transportasi umum, ia merasa terbantu dengan keberadaan bus transjakarta. Tinggal melakukan perbaikan soal keluar masuk penumpang transjakarta yang dinilai masih berdesak-desakan.

Baca juga: Gedung DPRD DKI Steril pada HUT DKI, Trotoar Jadi Tempat Parkir

"Kalau masyarakatnya sudah teredukasi dengan baik, pasti transportasi umum yang lagi dibikin sama pemerintah jadi lebih baik dan teratur lagi," kata dia.

Panji (28), seorang karyawan swasta asal Bekasi Timur, mengeluhkan keberadaan angkutan umum yang membeludak dan menyebabkan kemacetan.

"Kalimalang dan Gatot Subroto itu macet banget. Angkutan umumnya kebanyakan. Terus, pengendara itu masih banyak yang melanggar lalu lintas, bahkan sering lihat yang masuk jalur busway," kata Panji.

Selain itu, sebagai pekerja di kawasan Jakarta Barat, ia juga mengeluhkan ramainya pedagang kaki lima (PKL) yang ada di Kota Tua.

"Menurut gue Jakarta belum baik. Enggak hanya transportasi, tapi juga PKL Kota Tua. Kalau dibilang memanusiakan manusia, itu enggak," kata Panji.

Baca juga: HUT DKI, Ketua DPRD Berharap Hubungan dengan Anies-Sandi Membaik

Salah satu yang menonjol adalah keberadaan PKL di trotoar hingga memasuki badan jalan.

"Jangan salahin masyarakat yang jajan di PKL. Kalau ada PKL wajar pengen jajan, PKL murah," kata dia.

Sementara Aprilien (37), ibu rumah tangga di Kampung Melayu, Jakarta Timur, merasa belum aman menggunakan angkutan umum atau angkot di kawasan Cawang-Kalibata. Sebab, jalur angkot di kawasan itu kerap banyak pengamen.

"Aku sebel sekarang sudah ada lagi pengamen yang masuk ke angkot, jadi takut. Kalau dulu hilang," ujar dia.

Kompas TV Penataan kawasan tanah abang menjadi salah satu pekerjaan rumah bagi pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com