Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pengusaha Kopi Evakuasi Korban Gempa Lombok Sebelum Pemerintah Datang

Kompas.com - 21/08/2018, 16:01 WIB
Jessi Carina,
Kurnia Sari Aziza

Tim Redaksi

LOMBOK, KOMPAS.com - Nurul Inayati langsung bertindak cepat sesaat setelah gempa bermagnitudo 6,4 mengguncang Lombok, 29 Juli lalu.

Dia mengevakuasi petani kopi yang berada di Sembalun, Lombok Timur, yang menjadi lokasi dampak gempa terparah. 

Nurul sendiri merupakan pengusaha UMKM yang menjual kopi Lombok. Petani kopi yang dia evakuasi adalah teman-temannya.

Baca juga: Korban Meninggal akibat Gempa Lombok Menjadi 515 Orang

"Saya memang beli kopi di Sembalun dengan petani-petani itu. Waktu ada gempa, dari pemerintah belum ada yang bisa membawa mereka. Saya akhirnya minta mereka turun ke sini," ujar Nurul ketika ditemui di kediamannya di Kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Selasa (20/8/2018).

Ketika itu pemerintah sudah mengeluarkan instruksi agar tidak ada yang melewati jalan raya. Nurul pun tidak bisa mendatangi petani kopi itu. Akhirnya dia meminta para petani turun melalui hutan.

Ada 12 orang yang ikut dalam rombongan itu, termasuk 2 orang anak. Nurul menunggu mereka di keluar hutan dan langsung membawanya ke kediamannya.

Baca juga: Sandiaga: Terlepas Status Bencana, Penanganan Gempa Lombok Harus All Out

Rumah Nurul tidak luas. Dia hanya memiliki lahan kosong yang biasanya dia gunakan sebagai gudang kopi.

"Di sini mereka kami tampung, saya minta mereka menenangkan diri. Saya kasih makan seadanya yang penting perut terisi," katanya.

Namun, mereka tidak lama mengungsi di tempat Nurul. Satu hari kemudian pemerintah sudah menyiapkan tempat pengungsian bagi warga di Lombok Timur.

Baca juga: BERITA FOTO: Ditambal, Jalan yang Retak dan Menganga karena Gempa Lombok

Nurul diminta memindahkan mereka kembali ke tempat pengungsian itu.

"Jadi hanya satu hari. Sore 29 Juli mereka sampai di sini. Selasa pagi sudah kembali ke sana," ujar Nurul.

Ikut jadi korban

Pada 5 Agustus, Nurul ikut menjadi korban gempa.

Salah satu sisi rumahnya rusak karena diguncang gempa susulan. Padahal beberapa hari sebelumnya, Nurul baru saja mengantarkan bantuan untuk korban gempa.

"Hampir 60 persen rusak parah. Ini sempat kehujanan sampai enggak tidur satu malam karena tempat kami bernaung rusak," ujar Nurul.

Baca juga: 5 Fakta Gempa Lombok, Kunjungan JK hingga Perdebatan Status

Keesokan hari, Nurul dan para tetangga gotong royong untuk memberikan atap seng di atas rumahnya. Tempat itu dijadikan posko bersama untuk berlindung dari hujan.

Tenda pun dibangun di lahan kosong samping rumah Nurul. Saat malam tiba, dia dan tetangga sekitar tidur di dalam tenda itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Megapolitan
Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Megapolitan
Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Megapolitan
Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Megapolitan
Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Megapolitan
Mendag Tegaskan Rumah Potong Ayam Harus Bersertifikat Halal Oktober 2024, Tidak Ada Tawar-tawar Lagi

Mendag Tegaskan Rumah Potong Ayam Harus Bersertifikat Halal Oktober 2024, Tidak Ada Tawar-tawar Lagi

Megapolitan
Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Megapolitan
Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com