KOMPAS.com - Hari ini 89 tahun yang lalu, tepatnya pada 8 Oktober 1929, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Andries Cornelies Dirk de Graeff meresmikan sebuah stasiun yang terletak di wilayah Batavia. Stasiun itu kini dikenal sebagai Stasiun Jakarta Kota.
Stasiun itu sebelumnya dikenal dengan nama "Beos", yang digunakan pada era 1880-an dan kini sudah mengalami renovasi bangunan.
Setelah dibuka, lebih dari sepuluh jalur rel dipersiapkan untuk menunjang transportasi.
Kini, stasiun ini hanya untuk melayani KRL Commuter Line setelah kereta jalur jauh dan menengah dipindahkan menuju Stasiun Pasar Senen.
Pada era kolonial, Batavia memiliki peran penting bagi pemerintahan Hindia Belanda di Nusantara. Hindia Belanda selalu memperbaiki sarana dan insrastruktur yang ada di Batavia. Salah satunya adalah dengan pengembangan jalur kereta api.
Setelah jalur kereta api pertama dibangun di Semarang Jawa Tengah, berbagai perusahaan kereta api mulai bermunculan. Mereka mulai mengembangkan jalur kereta untuk transportasi dan mendapatkan keuntungan.
Dilansir dari buku Arsitektur Bangunan Stasiun Kereta Api di Indonesia (2016), pada akhir abad ke-19, ada lebih dari dua stasiun kereta di Batavia.
Salah satunya adalah Batavia Selatan (Batavia Zuid) yang dikelola oleh perusahaan swasta bernama Bataviasche Oosterspoorweg Maatschapij. Oleh sebab itu, stasiun itu sering disebut dengan nama "Beos", singkatan dari perusahaan itu.
Versi lain, ada yang menyebut bahwa Beos diambil dari kata Batavia En Omstreken atau Batavia dan sekitarnya.
Perusahaan ini melayani jalur kereta dari Batavia menuju Karawang sepanjang 63 kilometer.
Pada 1898, perusahaan kereta api milik Pemerintah Hindia Belanda, Staatspoorwegen (SS) mengambil alih pengelolaan jalur kereta ini.
Kemudian, pada 1926 stasiun ini ditutup dan direnovasi. Selama masa renovasi, jalur dialihkan menuju Batavia Utara (Batavia Noord) yang juga sudah diakusisisi oleh SS.
Sebagai arsitek, Pemerintah Hindia Belanda menunjuk Ghijsels. Ia tergabung dalam Algemeen Ingenieur Architectenbureau atau Algemeen Ingenieur Architecten (AIA), sebuah biro umum sipil dan arsitektur. Tiga punggawa biro ini, selain Ghijsels, adalah Ir Hein von Essen, dan Ir F Stlitz.
Akhirnya, pada 8 Oktober 1929 Gubernur Jenderal Hindia Belanda Andries Cornelies Dirk de Graeff membuka stasiun baru.
Karyawan kereta api bahkan mengubur dua kepala kerbau sewaktu peresmian, yaitu satu di stationsplein (tanah lapang) di antara jam dan pintu masuk utama, dan satu lagi di belakang bangunan baru.