Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejumlah Faktor yang Menyebabkan Tragedi Bintaro Terjadi...

Kompas.com - 19/10/2018, 17:25 WIB
Aswab Nanda Pratama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tragedi Bintaro merupakan cerita kelam masa lalu yang menjadikan kereta api KA 225 dan KAA 220 bertabrakan. Korban yang tewas diperkirakan sekitar 156 orang dan ratusan orang mengalami luka-luka.

Banyaknya korban mejadikan dua musisi kenamaan Indonesia, Iwan Fals dan Ebiet G Ade, mengenangnya dalam sebuah lagu. Selain itu, tragedi ini juga pernah dijadikan film pada 1989 dengan judul Tragedi Bintaro, besutan sutradara Buce Melawau.

Terlepas dari itu, masih banyak cerita atau kisah mengenai peristiwa ini bisa terjadi. Hal yang menjadi sorotan adalah kelalaian petugas stasiun yang membolehkan masinis untuk menjalankan kereta api.

Berbagai masalah

Harian Kompas edisi 20 oktober 1987 menjelaskan bahwa KA 225 dan KA 220 merupakan kereta buatan Henschel, Jerman.

Masing-masing kereta memiliki bobot yang hampir sama, yaitu berkisar 90 ton. Selain itu, keduanya menarik tujuh rangkaian gerbong yang masing-masing 35 ton.

Ketika peristiwa terjadi, KA 225 banyak membawa penumpang yang umumnya adalah karyawan yang bekerja di Jakarta. Mereka tak tahu bahwa nantinya kereta yang ditumpangi akan saling bertabrakan.

Permasalahan lain adalah, banyaknya penumpang yang menaiki kereta tak pada tempatnya. Artinya, mereka naik dan menempati di sisi luar gerbong, atap, dan bahkan di ruangan masinis pada lokomotif utama.

Baca juga: Tragedi Bintaro 19 Oktober 1987, Tanah Jakarta Berwarna Merah...

Inilah kondisi penumpang KA Jakarta-Rangkasbitung pada 1982Dok. Kompas Inilah kondisi penumpang KA Jakarta-Rangkasbitung pada 1982
Di KA 225, tiap gerbongnya tersedia 64 kursi rotan dengan triplek sebagai penyangga badan. Ketika itu, penumpang dalam kereta tak semuanya mendapatkan tempat duduk.

Dalam sebuah catatan Harian Kompas, banyak orang yang menaiki kereta di atap dan tak menggunakan kursi yang disediakan. Mereka lebih nyaman berada di luar.

Kondisi ini mengakibatkan ketidaknyamanan dan mengurangi keselamatan dalam perjalanan itu. Kereta api terpaksa berjalan hingga tujuan dalam kondisi itu.

Lokasi kecelakaan yang berada di tingkungan juga menyebabkan kedua masinis di kereta itu tak saling melihat. Jarak antara keduanya juga sudah terlalu dekat, sehingga mereka tak bisa menghentikan lajur kereta.

Selain itu, pihak petugas palang pintu kereta juga tak mengetahui simbol genta yang menyebabkan kedua kereta itu berhadapan di rel yang sama.

Soal kecepatan, kereta baru bisa berhenti total sekitar 200 meter setelah direm mendadak. Sudah pasti ada usaha masinis untuk menghentikan laju kereta api, namun terdapat kendala karena peralatan rem yang digunakan sudah tua.

Gerbong penumpang kelas tiga itu buatan tahun 1965 dengan menggunakan sistem rem Westinghouse. Sistem ini menggunakan udara bertekanan tinggi untuk proses pengereman.

Sebenarnya sistem ini canggih saat baru dirilis, namun karena usianya cukup tua, sistemnya sudah tak berfungsi normal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cibubur Garden Eat & Play: Harga Tiket Masuk, Wahana dan Jam Operasional Terbaru

Cibubur Garden Eat & Play: Harga Tiket Masuk, Wahana dan Jam Operasional Terbaru

Megapolitan
Fakta-fakta Komplotan Begal Casis Polri di Jakbar: Punya Peran Berbeda, Ada yang Bolak-balik Dipenjara

Fakta-fakta Komplotan Begal Casis Polri di Jakbar: Punya Peran Berbeda, Ada yang Bolak-balik Dipenjara

Megapolitan
Kecelakaan Beruntun di 'Flyover' Summarecon Bekasi, Polisi Pastikan Tak Ada Korban Jiwa

Kecelakaan Beruntun di "Flyover" Summarecon Bekasi, Polisi Pastikan Tak Ada Korban Jiwa

Megapolitan
Kekerasan Seksual yang Terulang di Keluarga dan Bayang-bayang Intimidasi

Kekerasan Seksual yang Terulang di Keluarga dan Bayang-bayang Intimidasi

Megapolitan
Kapolres Tangsel Ingatkan Warga Jaga Keamanan, Singgung Maraknya Curanmor dan Tawuran

Kapolres Tangsel Ingatkan Warga Jaga Keamanan, Singgung Maraknya Curanmor dan Tawuran

Megapolitan
Komika Marshel Widianto Jadi Kandidat Gerindra untuk Pilkada Tangsel 2024

Komika Marshel Widianto Jadi Kandidat Gerindra untuk Pilkada Tangsel 2024

Megapolitan
Babak Baru Konflik Kampung Bayam: Ketua Tani Dibebaskan, Warga Angkat Kaki dari Rusun

Babak Baru Konflik Kampung Bayam: Ketua Tani Dibebaskan, Warga Angkat Kaki dari Rusun

Megapolitan
Pengakuan Zoe Levana soal Video 'Tersangkut' di Jalur Transjakarta, Berujung Denda Rp 500.000

Pengakuan Zoe Levana soal Video "Tersangkut" di Jalur Transjakarta, Berujung Denda Rp 500.000

Megapolitan
Libur Panjang Waisak, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 23-24 Mei 2024

Libur Panjang Waisak, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 23-24 Mei 2024

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 23 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 23 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
Begal Bikin Resah Warga, Polisi Janji Tak Segan Tindak Tegas

Begal Bikin Resah Warga, Polisi Janji Tak Segan Tindak Tegas

Megapolitan
PSI Terima Pendaftaran 3 Nama Bacawalkot Bekasi, Ada Nofel Saleh Hilabi

PSI Terima Pendaftaran 3 Nama Bacawalkot Bekasi, Ada Nofel Saleh Hilabi

Megapolitan
KPAI: Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Meningkat 60 Persen

KPAI: Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Meningkat 60 Persen

Megapolitan
Belum Laku, Rubicon Mario Dandy Rencananya Mau Dikorting Rp 100 Juta Lagi

Belum Laku, Rubicon Mario Dandy Rencananya Mau Dikorting Rp 100 Juta Lagi

Megapolitan
3 Pelaku Begal Casis Polri di Jakbar Residivis, Ada yang Bolak-balik Penjara 6 Kali

3 Pelaku Begal Casis Polri di Jakbar Residivis, Ada yang Bolak-balik Penjara 6 Kali

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com