JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Utara Slamet Riyadi mengatakan, sejumlah warga masih suka memanfaatkan gundukan tanah yang diduga mengandung limbah bahan beracun dan berbahaya (B3) sebagai tanah urukan.
Menurut Slamet, sebagian besar warga tidak mengetahui bahwa gundukan tanah yang mereka gunakan untuk menguruk empang atau jalan merupakan limbah berbahaya.
Baca juga: Petugas LH Temukan Gundukan Tanah Diduga Limbah Minyak Sawit di Marunda
"Selama ini warga belum tahu kalau bahan yang diambil ini masuk kategori limbah, jadi mereka beranggapan mencari bahan yang murah yang bisa diambil, dimanfaatkan untuk menguruk empang," kata Slamet kepada wartawan di Rusun Marunda, Senin (7/1/2019).
Meski begitu, Slamet menuturkan, pihaknya sampai hari ini belum menerima laporan mengenai keluhan warga yang memanfaatkan tanah diduga limbah sebagai urukan.
Ia menilai, warga merasa tak masalah karena mereka belum merasakan efek buruk limbah yang bercampur dengan air tanah.
"Air minum mereka hanya dari air PAM saja. Mereka enggak punya rasa kekhawatiran bahwa limbah ini kalau dibuat menguruk bisa mencemari air tanah, begitu," ujar Slamet.
Kendati demikian, Slamet meyakini warga sudah mengetahui bahwa tanah yang mereka gunakan merupakan limbah. Hanya saja, mereka tidak mengetahui bahaya yang ditimbulkan nantinya.
"Mereka menyebutnya tahi minyak. Mereka belum tahu (bahayanya) dan selama ini pun belum ada dampak terhadap kesehatan masyarakat. Begitu diuruk, ditutup tanah sudah selesai," kata Slamet.
Baca juga: Warga Diminta Jauhi Gundukan yang Diduga Limbah B3 di Marunda
Demi mengantisipasi pemanfaatan limbah sebagai tanah urukan, Slamet sudah berkoordinasi dengan pihak kecamatan dan kelurahan untuk memberi imbauan pada warga.
"Sudah kami sampaikan melalui Satpel (Satuan Pelaksana) kami dan sudah ada beberapa watga yang tak lagi memanfaatkan limbah ini," kata Slamet.
Diberitakan sebelumnya, sejumlah gundukan yang diduga berupa limbah B3 ditemukan di sejumlah titik di kawasan sekitar Rusun Marunda.
Limbah berjenis Spent Bleaching Earth tersebut dapat menyebabkan kanker hingga cacat bawaan untuk periode jangka panjang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.