Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Diimbau Tak Terima Tawaran "Fogging" dari Peserta Pemilu

Kompas.com - 28/01/2019, 13:03 WIB
Dean Pahrevi,
Icha Rastika

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi Dezi Syukrawati mengatakan, pihaknya mengimbau kepada pihak RT atau RW wilayah Kota Bekasi agar waspada terhadap tawaran fogging sarang nyamuk dari politikus-politikus yang menjadi peserta pemilu.

Dezi mengatakan, memasuki musim pemilu, kerap terjadi penawaran fogging sarang nyamuk yang bukan dilakukan oleh Dinkes Kota Bekasi.

Ia khawatir, fogging yang ditawarkan pihak tersebut tidak maksimal karena tidak sesuai standar.

"Masuk pemilu begini, nah biasanya suka ada fogging-fogging ilegal dari oknum-oknum tuh. Fogging itu ada standarnya," kata Dezi saat dikonfirmasi wartawan, Senin (28/1/2019).

Baca juga: Cegah DBD, Sekolah di DKI Ajak Siswa Berantas Sarang Nyamuk Tiap Jumat

Dezi menyampaikan, kegiatan fogging untuk mencegah nyamuk demam berdarah itu harus memperhatikan dosis yang tercatat dalam standar operasional.

Bila insektisida atau obat pembunuh nyamuk terlalu sedikit, penyemprotan tidak memberikan hasil maksimal dan hanya meninggalkan bau minyak tanah yang mengganggu kenyamanan.

"Fogging itu bahan dasar insektisidanya harus diganti-ganti artinya bukan bahan dasar yang sama," ucap Dezi.

Jika bahan dasar insektisida untuk fogging itu sama terus menerus, nyamuk akan resisten atau membuat kekebalan tubuh sendiri.

Oleh karena itu, bahan dasar insektisida harus diganti berulang-ulang agar nyamuk tidak resisten.

Selain itu, menurut dia, agar maksimal, fogging dilakukan sete;ah kondisi rumah bersih dan rapi. 

Fogging juga harus dilakukan dengan radius 100 meter ke depan, ke belakang, serta ke samping kanan dan kiri dari lokasi.

Baca juga: 32 Kasus DBD di Manggarai Timur Flores Tersebar di Tiga Kecamatan

Oleh sebab itu, disarankan agar fogging itu untuk lokasi satu RW sekaligus bukan hanya satu RT.

"Kadang ada permintaan fogging, didata ada 50 rumah harus di-fogging, tetapi ternyata hanya 30 rumah yang dibuka, 20-nya yang punya rumah enggak mau dibuka nah itu tidak maksimal," ujar Dezi.

Sementara itu, berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bekasi, ada 629 kasus DBD di Kota Bekasi sepanjang dengan dua orang meninggal dunia.

Angka kasus itu menurun jika dibandingkan dengan tahun 2017 yang terdapat 699 kasus dengan dua orang meninggal dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com