Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Strategi BI Hadapi Komplotan Pembuat Uang Palsu

Kompas.com - 01/02/2019, 17:14 WIB
Rindi Nuris Velarosdela,
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) memiliki tiga strategi penanggulangan peredaran uang palsu di masyarakat.

Deputi Direktur Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia Asral Mashuri mengatakan, tiga strategi yang dilakukan BI terdiri dari langkah preventif, preemtif, dan represif.

Strategi preventif dilakukan dengan cara memperkuat fitur pengamanan uang yang beredar di masyarakat sehingga oknum-oknum yang mempunyai keinginan untuk memalsukan uang merasa kesulitan.

Baca juga: Komplotan Pengedar Uang Palsu Dibekuk Polisi

"Kami sebut (strategi) preventif itu sebagai pencegahan. Caranya dengan melakukan kajian analisa untuk memperkuat fitur keamanan sehingga orang yang mencoba melakukan penipuan uang, dalam hal ini orang yang memproduksi, akan merasa kesulitan karena fitur keamanan kami sudah canggih," kata Asral kepada Kompas.com, Jumat (1/2/2019).

"Kami juga punya laboratorium khusus yang fungsi tim tersebut memberi masukan kepada divisi pengembangan BI terkait fitur-fitur mana saja yang sering kali lolos dan mudah ditembus oleh pemalsu uang. Itu yang kami perkuat," lanjut dia.

Nantinya, lanjut Asral, oknum pemalsu uang merasa kesulitan untuk mencetak uang palsu dan masyarakat mudah membedakan antara uang asli dan uang palsu.

"Kalaupun masih ada yang memalsukan, itu sudah kesulitan dulu. Mereka mungkin berusaha keras agar uang yang dicetak tidak mudah diketahui perbedaannya dengan yang asli," ujar Asral.

Strategi kedua adalah preemtif atau langkah edukasi pada masyarakat. Asral menyebut, BI berperan aktif dalam memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat agar bisa membedakan antara uang asli dan uang palsu.

Sosialisasi dilakukan dengan cara menayangkan iklan di media sosial, cetak, dan elektronik serta memberikan pelatihan pada masyarakat, sehingga lebih jeli membedakan antara uang asli dan uang palsu.

"Sosialisasi bersifat massal dan masif. Sosialisasi yang paling mudah diingat oleh masyarakat adalah iklan layanan masyarakat yang dikenal dengan iklan 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang). Sementara, training biasanya kami berikan pada pegawai bank seperti teller," ungkap Asral.

Baca juga: Edarkan Uang Palsu, Pelaku Bertransaksi di Warung dan Pom Bensin pada Malam Hari

Apabila strategi preventif dan preemtif tetap dilawan oleh pembuat uang palsu, maka BI akan menempuh strategi ketiga, yakni represif.

BI berkoodinasi dengan aparat kepolisian dan kejaksaan untuk memberi tindakan tegas pada oknum pembuat dan pengedar uang palsu.

"Kami akan berkoordinasi dengan aparat kepolisian untuk memberikan dokumen forensik analisis yang akan menganalisis mana uang palsu dan uang asli. Kami bisa tahu mereka mencetak uang pakai alat cetak apa, bahannya apa, dan teknik cetak. Itu akan menjadi salah satu barang bukti di pengadilan selain keterangan dari saksi ahli dari pihak BI," kata Asral.

"Dalam hal ini, pihak Polsek Metro Setiabudi telah menghubungi kami untuk membantu proses penyidikan," sambungnya.

Diberitakan sebelumnya, Polsek Metro Setiabudi, Jakarta Selatan, menangkap enam orang pengedar uang palsu beberapa waktu lalu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com