Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komplotan Pengedar Uang Palsu Dibekuk Polisi

Kompas.com - 01/02/2019, 09:27 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada awal tahun ini, uang palsu masih beredar di Jabodetabek. Polsek Metro Setiabudi, Jakarta Selatan, menangkap enam orang pengedarnya beberapa waktu lalu. Tak terhitung berapa rupiah palsu yang mereka edarkan sejak 2009.

Kapolsek Metro Setiabudi AKBP Tumpak Simangunsong mengatakan, penangkapan anggota komplotan itu bermula dari laporan seorang korban penipuan.

"Awal mulanya tersangka IAT minta tolong kepada korban untuk transfer Rp 700.000," kata Tumpak di Mapolsektro Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (31/1/2019).

Baca juga: Edarkan Uang Palsu, Pelaku Bertransaksi di Warung dan Pom Bensin pada Malam Hari

Pada 10 Januari 2019, korban transfer uang sebesar Rp 700.000 lewat m-banking. IAT langsung menggantinya saat itu juga dengan uang tunai. Korban tak menyadari bahwa uang tunai yang diberikan palsu.

"Dia (korban) setorkan kembali ke rekening bank. Ternyata pihak bank menolak, uang tersebut palsu. Korban melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Setiabudi," ujar Tumpak.

Polisi kemudian memburu IAT. Pemuda berusia 19 tahun itu ditangkap menyusul rekan-rekannya sesama pengedar yakni IR (34), NL (40), FA (37), AJ (59), dan CP (66).

Komplotan pengedar itu diketahui menerima uang palsu dari seorang pencetak berinisial OA. OA mencetak uang palsu sesuai permintaan pengedarnya. Ia beroperasi di rumahnya di daerah Bogor, Jawa Barat, dengan mengandalkan printer, laptop, mesin laminating, dan kertas.

"Kalau dulu (modus uang palsu) mencetak uang sebanyak-banyaknya. Kalau sekarang sesuai permintaan konsumen. Jadi mereka sudah beberapa kali ambil, sekali ambil Rp 10 juta," kata Tumpak.

Selain mencari untung dengan modus pinjam uang, komplotan ini kerap membelanjakan uang palsunya untuk dapat kembalian uang asli.

Komplotan pengedar itu mencari untung dengan mengelabui warung hingga stasiun pengisian bahan bakar (SPBU). 

"Mereka biasanya membelanjakan (uang palsu) pada waktu malam hari," kata Tumpak.

Puluhan lembar uang palsu yang disita terdiri dari pecahan Rp 20.000, Rp 50.000, dan Rp 100.000. Sekilas, uang palsu tersebut tampak asli. Jika dipegang dengan baik, baru terasa perbedaannya.

Para pengedar uang palsu juga kerap membelanjakan uang dengan pecahan Rp 20.000 agar tidak dicurigai korbannya.

Baca juga: Pengedar Uang Palsu dengan Modus Pinjam Uang Ditangkap

Hasil penukaran uang palsu kemudian dibagi rata dengan pencetak uang dan pengedar lainnya.

Tumpak mengatakan, keenam anggota komplotan ditangkap, namun OA, sang pencetak, masih melarikan diri.

"Kami cari terus pencetaknya sampai dapat," ujar Tumpak.

Keenam tersangka pelaku kini dijerat dengan Pasal 378 KUHP tentang Penipuan dan atau Pasal 245 KUHP juncto Pasal 36 ayat (3) Undang-undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. Ancaman hukumannya 15 tahun penjara dan denda paling banyak Rp 50 miliar.

Tumpak mengimbau warga agar selalu memastikan uang yang mereka terima dari pihak lain asli.

"Pasti ada perbedaan yang khas dengan yang palsu. Dengan ketelitian, kejelian, kami yakin warga masyarakat terhindar dari perbuatan mereka ini," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Megapolitan
Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Megapolitan
Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Megapolitan
Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Megapolitan
Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Megapolitan
Mendag Tegaskan Rumah Potong Ayam Harus Bersertifikat Halal Oktober 2024, Tidak Ada Tawar-tawar Lagi

Mendag Tegaskan Rumah Potong Ayam Harus Bersertifikat Halal Oktober 2024, Tidak Ada Tawar-tawar Lagi

Megapolitan
Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Megapolitan
Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Megapolitan
Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Pernah Mengaku Capek Terlibat Narkoba, Rio Reifan Ditangkap Lagi Usai 2 Bulan Bebas Penjara

Pernah Mengaku Capek Terlibat Narkoba, Rio Reifan Ditangkap Lagi Usai 2 Bulan Bebas Penjara

Megapolitan
Senior Aniaya Siswa STIP hingga Tewas, 5 Kali Pukul Bagian Ulu Hati

Senior Aniaya Siswa STIP hingga Tewas, 5 Kali Pukul Bagian Ulu Hati

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper: Korban Ternyata Minta Dinikahi | Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak

[POPULER JABODETABEK] Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper: Korban Ternyata Minta Dinikahi | Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com