BEKASI, KOMPAS.com - Ada 20.528 kursi legislatif yang diperebutkan puluhan ribu orang dalam Pemilu Legislatif (Pileg) 2019 pada 17 April mendatang.
Dari 20.528 kursi itu, 575 merupakan kursi DPR RI, 136 kursi DPD, 2.207 kursi DPRD provinsi, dan 17.610 kursi DPRD kota/kabupaten.
Orang-orang yang berlomba untuk menempati posisi-posisi itu datang dari berbagai kalangan dan tidak semuanya bermodal besar.
Sejumlah calon anggota legislatif (caleg) itu berasal dari sektor informal. Ada yang bekerja sebagai pengemudi ojek online hingga pedagang cakwe.
Mereka menantang para petahana dan lawan yang bermodal besar. Bagaimana strategi mereka bersaing dengan para caleg lainnya?
Suhandi bekerja sebagai pengemudi ojek online. Dia berkeinginan menjadi anggota legisliatif saat tak sengaja mengantar penumpangnnya ke DPP PKB.
Saat itu, terdapat pamflet pendaftaran sebagai caleg dari PKB.
Suhandi pun mendaftarkan diri dengan melengkapi persyaratan dokumen yang dibutuhkan.
Beberapa hari kemudian, dia dihubungi pihak PKB untuk datang ke DPP PKB di Jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat.
Ketika datang, dia bertemu dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.
"Cak Imin meyakinkan saya untuk lanjut terus, untuk membela teman-teman ojek online dan rakyat kecil, jangan berkecil hati," kata Suhandi kepada kepada Kompas.com pada 9 Maret ini.
Setelah bertemu Muhaimin, beberapa hari kemudian dia kaget. Ternyata dirinya dicalonkan PKB sebagai caleg DPR RI Jakarta III untuk daerah pemilihan (dapil) Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Kepulauan Seribu.
Baca juga: Pengendara Ojek Online dan Impian Duduk di Bangku Senayan...
Dia pun mulai berkampanye, dengan modal yang minim. Dia hanya membuat stiker kecil.
Berbekal dukungan keluarga dan rekan, serta niat ingin memperjuangkan kesejahteraan pengemudi ojek online.
Suhandi menyasar rekan-rekan sesama ojol dalam berkampanye.
"Biasa sambil mengantar penumpang saya juga suka keliling-keliling ke tongkrongan ojol kan banyak saya kampanye, bagi-bagi stiker dan menyampaikan maksud saya," ujar Suhandi.
Dia merasa senang karena sejauh ini respons yang didapat sangat positif.
Rata-rata para tukang ojek online mendukung pencalonannya. Para penumpang yang ditemuinya juga turut menyemangati.
"Semua pada baik ya mendukung saya. Teman-teman mendukung dengan ikut mengampanyekan saya, para penumpang juga selalu memberikan semangat," tutur Suhandi.
Dia menargetkan dapat meraup 60.000 suara. Dia optimistis bisa meraih suara itu. Jumlah pengemudi ojek online di Jakarta saat ini mencapai 300.000 orang.
Niat maju sebagai caleg DPRD Kabupaten Bekasi berawal dari aksi unjuk rasa yang dilakukannya bersama rekan sesama tukang ojek online untuk menuntut kenaikan tarif ojek.
Bermodal pengalaman berorganisasi saat kuliah, Yusuf bisa kenal dengan kader PDI-P Ribka Tjiptaning. Hal itulah yang memuluskan jalannya untuk menjadi caleg dari PDI-P.
Yusuf sadar untuk menjadi caleg harus punya modal besar. Saat ini saja dia sudah menghabiskan dana Rp 30 juta. Hal itu dia gunakan untuk membeli stiker kecil dan memasang spanduk.
"Kalau untuk persiapkan modal saya sebenarnya enggak ada, tapi biaya selama ini yang sudah saya keluarkan untuk jadi caleg sekitar Rp 30 juta ada, tabungan saya keluarin, makanya sampai sekarang rumah masih ngontrak aja," kata Yusuf kepada Tribunjakarta.com pada Maret 2019.