Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jerit Janda Tua Penghuni Pertama Perumahan Bougenville di Bekasi yang Digusur...

Kompas.com - 25/07/2019, 17:11 WIB
Vitorio Mantalean,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Atih (62) menangis setelah membereskan sejumlah perabot di rumah mungilnya yang digusur, Kamis (25/7/2019).

Rumah yang awalnya merupakan rumah dinas suami Atih itu masuk dalam 74 bangunan yang akan digusur Kementerian PUPR melalui Pemerintah Kota Bekasi di Jalan Bougenville Raya RT 001 RW 011.

Alasan penggusuran adalah pengamanan aset negara dan normalisasi DAS (daerah aliran sungai) Jatiluhur.

"Dulu suami saya bekerja di Kementerian PUPR jadi sopir Ditjen Pengairan. Asalnya mau dikasih rumah di bendungan, tapi enggak mau karena anak saya banyak. Akhirnya diarahkan oleh Perusahaan Otorita Jatiluhur di sini," ujar Atih kepada Kompas.com, Kamis siang.

Atih menunjukkan dua berkas surat sebagai bukti bahwa tempat tinggalnya merupakan hasil penunjukan dari pemerintah sebagai bentuk apresiasi terhadap bakti suaminya saat itu.

Kini, suaminya telah tiada.

Atih mengaku, sempat menunjukkan surat tersebut ke Pemkot Bekasi agar rumahnya tidak digusur, tetapi diabaikan.

"Enggak dapat tanggapan, mereka bilang semua harus dibongkar," ucap Atih.

Salah satu sudut rumah Atih (62), janda eks sopir pegawai Kementerian PUPR, penghuni pertama lahan yang digusur Pemerintah Kota Bekasi di Jalan Bougenville Raya RT 001 RW 011, Jakasampurna, Bekasi Barat.Vitorio Mantalean Salah satu sudut rumah Atih (62), janda eks sopir pegawai Kementerian PUPR, penghuni pertama lahan yang digusur Pemerintah Kota Bekasi di Jalan Bougenville Raya RT 001 RW 011, Jakasampurna, Bekasi Barat.

Atih mengaku sudah 33 tahun mendiami lahan yang saat ini tengah digilas backhoe itu. Saat pertama kali tinggal di sana, hanya ia dan suaminya yang menetap.

"Sudah 33 tahun di sini. Nenek maunya tinggal sini dulunya (daripada di bendungan), lega halamannya, dulunya ini hutan. Pindahnya saja jam 10 malam, karena Nenek malu pindah ke hutan," kenang Atih.

"Dulunya suruh jaga lahan dari ujung sono sampai sono, di pagar. Tapi lama-lama kan banyak penghuni entah dari mana. Kita kena imbasnya juga dibongkar," tambah dia.

Atih mengaku tak bisa memilih tinggal di tempat lain karena tak punya uang untuk mengontrak rumah.

Ia beberapa kali bertahan meskipun rumah mungilnya terendam banjir karena posisinya dekat dengan lahan yang dulunya rawa.

"Sekarang mah enggak banjir. Dulu mah iya sedada, namanya rawa. Nenek saja bertahan terus banjir, karena nenek enggak bisa ngontrak," ujar Atih.

Direlokasi ke rusun

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Megapolitan
Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Megapolitan
Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Megapolitan
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Megapolitan
Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com