Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Paskibraka Meninggal, Kak Seto Ingatkan Tangsel Pernah Raih MURI soal Perlindungan Anak

Kompas.com - 13/08/2019, 09:11 WIB
Sandro Gatra

Editor

Sumber Antara

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi mengingatkan Pemerintah Kota Tangerang Selatan bahwa kota tersebut pernah meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) di bidang perlindungan anak.

Namun disayangkan terjadinya kematian Aurellia Quratu Aini, calon anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Tingkat Kota Tangerang Selatan 2019 saat pelatihan.

"Tangerang Selatan pernah meraih rekor MURI sebagai kota pertama yang memiliki seksi perlindungan anak di tingkat rukun tetangga dan rukun warga," kata Seto Mulyadi dalam jumpa pers di KPAI di Jakarta, Senin (12/8/2019), seperti dikutip Antara.

Baca juga: Miliki Banyak Satgas Perlindungan Anak, Tangsel Masuk Muri

Kak Seto, panggilan akrabnya, mengatakan, keberadaan seksi perlindungan anak agar masyarakat di tingkat terbawah bisa mendeteksi dan mencegah pelanggaran hak-hak anak, termasuk kekerasan.

Karena itu, dia menyayangkan di kota tersebut terdapat calon anggota paskibraka yang meninggal dunia, diduga karena mengalami kekerasan saat mengikuti pelatihan.

Menurut Kak Seto, kejadian tersebut harus menjadi bahan introspeksi bagi Pemerintah Kota Tangerang Selatan.

Baca juga: 4 Fakta Kematian Anggota Paskibraka Tangsel Berdasar Pengakuan PPI

"Karena itu, LPAI mendesak Pemerintah Kota Tangerang Selatan dan Polres Metro Tangerang Selatan agar segera memberikan klarifikasi. Jangan ada yang disembunyikan," tuturnya.

Kak Seto memuji langkah Polres Metro Tangerang Selatan yang tampak serius menangani kematian calon anggota paskibraka meskipun kasus tersebut merupakan delik aduan.

Menurut Kak Seto, kejadian tersebut merupakan kasus hukum yang menjadi perhatian publik sehingga harus ada klarifikasi kepada masyarakat luas.

Baca juga: Kematian Anggota Paskibraka Tangsel, Polisi Selidiki Proses Latihannya

Sebelumnya, Aurel meninggal saat masa pelatihan. KPAI sudah menemui orangtua yang bersangkutan.

Meskipun terlihat belum bisa menerima kematian anaknya, kedua orangtua tersebut tidak mau menuntut atau melanjutkan kejadian tersebut ke ranah hukum, tetapi siap bila dimintai keterangan oleh polisi.

Menurut penuturan orangtua, selama mengikuti pelatihan paskibraka anaknya harus berlari dengan membawa tas berisi tiga kilogram pasir dan tiga liter air minum, makan jeruk beserta kulitnya, push-up dengan tangan mengepal, menulis buku harian setiap hari yang dirobek oleh seniornya, dan berenang setelah seharian berlatih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Megapolitan
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Megapolitan
Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Masih Ada 7 Anak Pasien DBD yang Dirawat di RSUD Tamansari

Masih Ada 7 Anak Pasien DBD yang Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Viral Video Sekelompok Orang yang Diduga Gangster Serang Warga Bogor

Viral Video Sekelompok Orang yang Diduga Gangster Serang Warga Bogor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com