Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Lahan Gusuran di Jakasetia Bekasi yang 3 Tahun Dibiarkan

Kompas.com - 21/08/2019, 06:01 WIB
Vitorio Mantalean,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Tanggal 25 Oktober 2016, Pemerintah Kota Bekasi menggusur permukiman warga di Kampung Poncol Bulak, Jakasetia. Sepekan berselang, penggusuran itu berlanjut ke sisi selatan, tepatnya sisi tembok kompleks perumahan Peninsula.

Selasa (20/8/2019) ini, lahan tersebut tak banyak berubah sejak digusur. Beberapa hal yang membedakan ialah tumbuhnya semak-semak dan pepohonan liar serta munculnya balai semipermanen.

Sisanya, tanah gusuran itu tak beralih rupa. Reruntuhan bekas rumah warga juga masih tampak jelas.

Baca juga: Dituntut Tetapkan Status Quo untuk Lahan Gusuran, BPN Kota Bekasi Harap Warga Bersabar

Senin kemarin, korban gusuran dari lokasi itu yang tergabung dalam Forum Korban Penggusuran Bekasi (FKPB) berunjuk rasa di depan Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Bekasi. Mereka mendesak BPN menetapkan status quo atas lahan tersebut.

Menurut FKPB, penggusuran 2016 silam malaadministrasi. Pemerintah Kota Bekasi dinilai melampaui hukum, sebab tanah yang ditempati warga sejak 1982 itu bukan tanah milik siapa pun, alias tanah negara bebas.

"Kami cek di peta interaktif BPN, yang di dalamnya dimuat inventarisasi tanah di Bekasi, ternyata statusnya tidak ada. Berarti tanah kosong, tanah negara bebas," kata Khairin Sangaji, pendamping korban gusuran saat ditemui Kompas.com di sekitar lahan gusuran itu, Selasa sore.

Temuan itu telah disampaikan lewat surat resmi ke BPN Kota Bekasi. Namun, yang disurati pilih mengulur keputusan dengan alasan perlu mencari keberadaan sertifikat tanah tersebut, barangkali ada yang memiliki.

Masih berjuang

Khairin yang rutin mendampingi korban gusuran di balai semipermanen yang dibangun di atas lahan gusuran menyebutkan bahwa kesadaran warga mulai bangkit belakangan ini untuk terus memperjuangkan haknya. Warga sudah tiga tahun tak punya rumah setelah digusur.

"Secara historis mereka tinggal dari 1982, punya kartu keluarga, KTP, dan bayar administrasi," kata Khairin.

"Dalam UUPA (Undang-undang Pokok Agraria) Nomor 5 Tahun 1960, orang yang udah menggarap tanah 20 tahun harus diprioritaskan haknya atas tanah itu. Sampai sekarang mereka tidak pernah diberikan hak prioritasnya atas tanah itu. Pemerintah juga tidak pernah menunjukkan bahwa itu tanah mereka," kata dia.

Baca juga: Dituntut Tetapkan Status Quo untuk Lahan Gusuran, BPN Kota Bekasi Harap Warga Bersabar

Khairin meminta status quo atas lahan kepada BPN agar lahan tersebut tak bisa diutak-atik siapa pun selama BPN mencari sertifikat tanah.

"Korban mungkin merasa perlu memperjuangkan rumahnya, karena membangun rumah dengan darah dengan keringat. Tapi ini bukan sekadar konflik rumah. Ini konflik tanah," kata Khairin.

Lahan yang digusur Pemerintah Kota Bekasi di Jakasetia tahun 2016 lalu. Lahan ini masih menganggur hingga hari ini. Warga masih memperjuangkan hak mereka atas tanah itu, sebab mereka sudah tinggal lebih dari 20 tahun di atas tanah yang disebut bukan milik pemerintah itu.KOMPAS.COM/VITORIO MANTALEAN Lahan yang digusur Pemerintah Kota Bekasi di Jakasetia tahun 2016 lalu. Lahan ini masih menganggur hingga hari ini. Warga masih memperjuangkan hak mereka atas tanah itu, sebab mereka sudah tinggal lebih dari 20 tahun di atas tanah yang disebut bukan milik pemerintah itu.

Bukan pekerjaan mudah untuk merekatkan solidaritas para korban gusuran. Beberapa pilih minggat, lalu melanjutkan hidup dengan menyerah dan menelan pil pahit penggusuran karena kebutuhan dasar hidup begitu mendesak. Perjuangan merebut kembali hak mereka jadi prioritas nomor sekian.

"Warga tidak boleh dibiasakan mengevakuasi diri. Mereka harus sadar bahwa mereka punya hak atas tanah. Jangan merasa puas ketika mendapatkan uang kerahiman atau apa, karena haknya tidak segitu," imbuhnya.

Perlawanan ini pun diterjemahkan dalam balai semipermanen yang ibarat jadi basecamp para korban gusuran dan pendamping merajut tali silaturahim serta memelihara asa perjuangan. Perjuangan sudah terlalu jauh, ucap Khairin, apalagi mengingat 7 orang korban gusuran yang sudah meninggal dunia akibat tinggal di balai beratap terpal yang disulap jadi posko pengungsian.

"Ini tanah tidak jelas untuk apa peruntukannya sejak digusur. Tadinya kosong, lalu kami bangun tenda, lama-lama memanjang juga," kata Khairin, coba menyampaikan pesan bahwa korban masih dan akan terus bertahan di tempat ini hingga hak-haknya dipulihkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Rumah 2 Lantai di Bogor Terbakar, Kerugian Ditaksir Capai Rp 15 Juta

Rumah 2 Lantai di Bogor Terbakar, Kerugian Ditaksir Capai Rp 15 Juta

Megapolitan
Soal Kans Duet dengan Anies di Pilkada Jakarta, Sandiaga: Enggak Ada Ajakan

Soal Kans Duet dengan Anies di Pilkada Jakarta, Sandiaga: Enggak Ada Ajakan

Megapolitan
Rumah Kosong 2 Lantai di Bogor Terbakar, Penyebab Belum Diketahui

Rumah Kosong 2 Lantai di Bogor Terbakar, Penyebab Belum Diketahui

Megapolitan
Dinas KPKP DKI Jakarta Periksa 79.786 Hewan Kurban, Seluruhnya Dinyatakan Sehat

Dinas KPKP DKI Jakarta Periksa 79.786 Hewan Kurban, Seluruhnya Dinyatakan Sehat

Megapolitan
Bisa Cemari Lingkungan, Pengusaha Konfeksi di Tambora Diminta Tak Buang Limbah Sembarangan

Bisa Cemari Lingkungan, Pengusaha Konfeksi di Tambora Diminta Tak Buang Limbah Sembarangan

Megapolitan
Jusuf Kalla Persilakan Anies Maju Pilkada Jakarta 2024

Jusuf Kalla Persilakan Anies Maju Pilkada Jakarta 2024

Megapolitan
Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Ini, Warga: Perbedaan Hal Biasa

Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Ini, Warga: Perbedaan Hal Biasa

Megapolitan
Anies-Sandiaga Tak Berencana Duet Kembali pada Pilkada Jakarta

Anies-Sandiaga Tak Berencana Duet Kembali pada Pilkada Jakarta

Megapolitan
Namanya Diusulkan DPD PDI-P untuk Pilkada Jakarta 2024, Anies: Mengalir Saja, Santai...

Namanya Diusulkan DPD PDI-P untuk Pilkada Jakarta 2024, Anies: Mengalir Saja, Santai...

Megapolitan
Akrab dengan Sandiaga Saat Nobar, Anies Sebut Tak Bahas Pilkada Jakarta 2024

Akrab dengan Sandiaga Saat Nobar, Anies Sebut Tak Bahas Pilkada Jakarta 2024

Megapolitan
Momen Anies Salami Jusuf Kalla Sambil Membungkuk dan Hormat ke Sandiaga Sebelum Nobar Film 'Lafran'

Momen Anies Salami Jusuf Kalla Sambil Membungkuk dan Hormat ke Sandiaga Sebelum Nobar Film "Lafran"

Megapolitan
Pengelola Jakarta Fair 2024 Siapkan Area Parkir di JIExpo Kemayoran, Bisa Tampung Puluhan Ribu Kendaraan

Pengelola Jakarta Fair 2024 Siapkan Area Parkir di JIExpo Kemayoran, Bisa Tampung Puluhan Ribu Kendaraan

Megapolitan
Seekor Sapi Masuk ke Tol Jagorawi, Lalu Lintas Sempat Macet

Seekor Sapi Masuk ke Tol Jagorawi, Lalu Lintas Sempat Macet

Megapolitan
10 Nama Usulan DPD PDI-P untuk Pilkada Jakarta: Anies, Ahok, dan Andika Perkasa

10 Nama Usulan DPD PDI-P untuk Pilkada Jakarta: Anies, Ahok, dan Andika Perkasa

Megapolitan
Video Viral Bule Hina IKN Ternyata Direkam di Bogor

Video Viral Bule Hina IKN Ternyata Direkam di Bogor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com