Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beda Sikap Ali Sadikin dan Anies soal Sisir Anggaran secara Digital

Kompas.com - 04/11/2019, 07:05 WIB
Singgih Wiryono,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bukan kali pertama DKI Jakarta meributkan sistem dalam penyusunan anggaran. Rupanya, rekam jejak sistem yang kurang efisien tersebut juga pernah terjadi di masa kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta pertama, Ali Sadikin.

Dalam biografi Ali Sadikin "Membenahi Jakarta Menjadi Kota yang Manusiawi" yang ditulis Ramdhan KH, gubernur yang akrab disapa warganya dengan sapaan Bang Ali ini pernah mengancam setiap kepala dinas yang tak ingin mengubah sistem manual dengan sistem komputerisasi.

"Seandainya dinas-dinas, instansi-instansi yang mempunyai kewajiban untuk memungut pajak dan retribusi itu tidak mau cepat mengikuti, dengan cara dikirimkan ke negeri Belanda untuk belajar, dan usaha-usaha lain, saya akan berhentikan pendanaannya," ujar Ali.

Baca juga: Anies Sebut Sistem E-Budgeting yang Baru Harus Bisa Ikat Seluruh Penyusun Anggaran

Ali Sadikin kala itu memberlakukan sistem komputerisasi di masa-masa sulit agar anggaran Pemda DKI Jakarta bisa terus meningkat.

Sistem komputerisasi tersebut dia peruntukkan agar anggaran masuk dari retribusi pajak bisa diatur dengan rapi, terkontrol dan bisa dipertanggungjawabkan.

"Setiap periode saya adakan pengecekan, berapa pemasukan? Apakah itu sesuai dengan perencanaan? Kalau dia belum sampai pada perencanaan, saya tegus. Saya panggil dan saya pelototkan mata saya," kata Ali dalam buku yang ditulis Ramdhan KH.

Ketegasannya tersebut membuahkan hasil dari kesesuaian angka pendapatan pajak yang terus meningkat di masa kepemimpinannya. Angka-angka yang sudah dikomputasi tersebut dicocokkan antara data bendahara kota, dinas pajak dan kepolisian dalam hal pelunasan BBN sehingga usaha pemalsuan BNN bisa diketahui.

Walaupun sudah mengadopsi sistem komputerisasi, Ali Sadikin mengaku juga menghitung angka-angka tersebut dengan cara manual dan tak kenal waktu.

Baca juga: Sosok Ali Sadikin, Disebut Gubernur Maksiat karena Legalkan Judi

Agar APBD di masa kepemimpinannya tidak dimainkan para oknum, Ali mencocokkan sendiri hasil dari perhitungan pendapatan pajak yang didapat.

"Sampai belekan mata saya membaca angka-angka tersebut," ujar Ali.

Berbeda dengan Gubernur DKI Jakarta saat ini, Anies Baswedan, yang menyikapi kesalahan sistem e-budgeting.

Jika dibandingkan dengan teknologi di masa jabatan Ali Sadikin, e-budgeting memang tergolong lebih maju meskipun bentuk penyisiran anggaran masih sama, yakni manual dilakukan oleh manusia.

Baca juga: Pesan untuk Anies di Balik Keributan yang Berawal dari Lem Aibon

Anies cenderung menyalahkan sistem digital yang dibuat beberapa tahun lalu. Anies menilai sistem tersebut sebagai penyebab munculnya anggaran-anggaran aneh, seperti lem aibon yang viral.

Anies mengatakan, meskipun saat ini Pemprov DKI menggunakan sistem digital, pengecekannya tetap manual, sehingga banyak anggaran janggal yang lolos.

Anies juga menyinggung anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PSI, William Aditya Sarana yang mengunggah dan meramaikan kesalahan input yang terjadi di sistem e-budgeting tersebut.

"Kami mengetahui (kelemahan sistem e-budgeting) ini sejak tahun lalu. Tapi ya itu tadi, ya kami ini di pemerintahan. Kalau ada masalah, ya dikoreksi, diperbaiki, bukan diramaikan," kata Anies di Bundaran HI, Kamis (3/11/2019).

Baca juga: William Aditya Sarana dan Transparansi Pembahasan RAPBD DKI 2020

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran Mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran Mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut di Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut di Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi di Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com