Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sialnya Edi, Si Penjual Sepatu, Dibikin Susah Mobil Mewah yang Tak Pernah Dimilikinya...

Kompas.com - 11/11/2019, 06:33 WIB
Walda Marison,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Tidak ada raut senang dalam wajah Edi Hartono (41). Rautnya begitu datar, kadang mengernyitkan dahi, kadang tidak.

Dia tampak duduk bersila di ruang tamu rumahnya yang sempit, bahkan tidak ada bangku ataupun meja di sana. Hanya karpet yang terbentang di atas televisi.

Saat diwawancarai di rumahnya, Edi dengan lancar menceritakan apa yang dia rasakan.

Masalah yang dialaminya tampak begitu besar, antara Kartu Jakarta Pintar (KJP) milik anaknya yang terancam dicabut dan bantuan berupa BPJS milik keluarganya yang juga akan bernasib sama.

Bukan tanpa alasan dia berpikir seperti itu. Nama Edi Hartono dicatut oleh orang tidak bertanggung jawab atas kepemilikan tiga mobil mewah sekaligus. Mobil yang dimilikinya pun bukan main-main, ada dua Mercedes-Benz dan satu Ferrari.

Baca juga: Dianggap Punya Mobil Mewah, Edi Hartono : BPJS dan KJP Anak Saya Terancam

Semua berawal ketika Edi mendapat informasi dari SMP negeri tempat putrinya sekolah. Pihak sekolah mengatakan bahwa Edi diduga memiliki kendaraan lebih dari dua.

"Tempat anak saya sekolah itu kan kasih pemberitahuan soal KJP bahwa orangtua siswa yang punya kendaraan dua KJP-nya diblokir," ucap dia saat ditemui di rumahnya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (8/11/2019).

Hal tersebut pun dibenarkan oleh pihak kepolisian saat Edi mencoba memeriksa surat tersebut ke Samsat Kebon Nanas, Jakarta Timur.

Sontak kabar itu bagai petir di siang bolong. Seketika terbayang di benak Edi susahnya mencari nafkah sebagai penjual sepatu. Untuk membuat dapur ngebul saja susah, kini dia harus putar otak untuk biaya sekolah putrinya.

Wajar jika Edi merasa terbebani. Mantan sopir angkutan umum ini bisa berjam-jam berkeliling Jakarta dengan mobil untuk berjualan sepatu.

Sejak pukul 10.00, Edi sudah berangkat menuju tempat yang ramai hanya untuk menjajakan dagangannya. Pulang pun bisa hingga larut malam.

Edi Hartono saat ditemui di rumahnya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (8/11/2019)KOMPAS.COM/WALDA MARISON Edi Hartono saat ditemui di rumahnya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (8/11/2019)

Kadang sepasang dua pasang sepatu berhasil dia jual. Tidak jarang juga Edi pulang tanpa satu pun barang yang dibeli orang.

Belum lagi cicilan motor Honda Beat miliknya yang belum lunas. Sungguh berat tanggungan Edi.

Di tengah beban pikiran itu, satu pertanyaan masih merasuki pikiran Edi. Kira-kira siapa yang memiliki data lengkapnya hingga orang bisa mencatut data diri Edi untuk membeli mobil mewah.

Seketika dia kembali teringat KTP-nya sempat hilang pada 2017.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com