JAKARTA, KOMPAS.com - Jalur Bina RW dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) DKI Jakarta 2020 dianggap tak berguna dan tak efektif.
Sebaran sekolah di setiap RW di Jakarta dinilai tak selalu sama oleh orangtua.
"Di RW saya tidak ada sekolah. Jadi tidak berguna," kata orangtua siswa, Syahreza Pahlevi Ginting saat dihubungi Kompas.com, Rabu (1/7/2020).
Reza tinggal di daerah Otista, Jakarta Timur. Ia mendaftarkan anaknya ke jenjang SMA pada PPDB DKI Jakarta 2020.
Dalam jalur Bina Warga, Dinas Pendidikan Jakarta menambah kapasitas tampung per kelas di setiap sekolah dari 36 siswa menjadi 40 siswa.
"(Jalur Bina RW) Bahaya. Menurunkan kualitas siswa. Kebanyakan satu kelas," tambah Reza.
Baca juga: Jalur Zonasi Bina RW Sekolah, Upaya Disdik DKI Tambah Kuota PPDB
Orangtua siswa lainnya, Linda Widyasari mengatakan serupa dengan Reza. Ia menyebutkan, tak ada sekolah di area RW tempatnya tinggal.
"Di RW saya ga ada sekolah. Hanya ada Alfamart dan Indomart. Tak ada sama sekali," kata Linda saat dihubungi Kompas.com, Rabu (1/7/2020).
Baginya, jalur Bina RW tak efektif. Jalur Bina RW disebut hanya untuk menyenangkan orangtua dan taktik memecah belah tuntutan orangtua.
"Jalur Bina RW tak ada harapan untuk masuk ke sekolah negeri," ujarnya.
Anak Linda telah gagal dalam PPDB DKI Jakarta 2020 jalur zonasi. Ia mencoba ke beberapa SMA di sekitar tempat tinggalnya seperti SMA 8, SMA 26, SMA 54, SMA 3, SMA 55, dan SMA 100.
Kini, anak Linda berharap bisa masuk lewat jalur prestasi.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menambah jalur baru dalam seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru ( PPDB) tahun ajaran 2020/2021.
Penyediaan jalur tersebut merupakan tindaklanjut atas tingginya minat masyarakat untuk masuk ke sekolah negeri dan banyaknya siswa yang berhasil lolos dalam seleksi zonasi PPDB.
Jalur Bina RW disediakan untuk calon siswa yang tempat tinggalnya masih satu RW dengan sekolah.