Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli: Struktur Bata yang Ditemukan di Proyek DDT Bekasi Diduga Gorong-gorong Peninggalan Belanda

Kompas.com - 11/08/2020, 19:54 WIB
Cynthia Lova,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Ketua Ahli Tim Cagar Budaya Kota Bekasi Ali Anwar menduga, struktur bata berbentuk lorong di bawah Stasiun Bekasi merupakan gorong-gorong dari zaman Belanda.

Struktur bata itu ditemukan di bawah tanah saat pekerja mengerjakan proyek pembangunan double double track (DDT) atau rel dwi ganda di Stasiun Bekasi, tepatnya di perimeter Stasiun Kota Bekasi.

“Gorong-gorong ini diperkirakan dibangun oleh Belanda-Jerman tahun 1887. Struktur itu bahkan sudah dipugar tahun 1920,” kata Ali, Selasa (11/8/2020).

Baca juga: Pemkot Bekasi Minta Ditjen Perkeretapian Amankan Area Struktur Bata Kuno

Dia meyakini, struktur bata itu merupakan gorong-gorong peninggalan Belanda. Sebab bentuknya seperti lorong pendek tempat di mana di bawahnya ada aliran air.

Dia memperkirakan lorong itu memiliki lebar tiga meter. Namun, gorong-gorong itu kemudian tertutup lumpur.

“Jadi tidak begitu lebar, tidak begitu luas. Kalau melihat dari kondisinya itu seperti suatu lubang tetapi sudah tertutup oleh lumpur,” kata dia.

Pria kelahiran Bekasi itu mengatakan, dahulunya dari arah Stasiun Bekasi ke Jalan Juanda ada satu parit yang cukup lebar. Parit itu diperkirakan lebar dan kedalamannya dua meter.

Ali menduga, aliran air dari gorong-gorong peninggalan Belanda itu mengalir ke parit Juanda hingga ke Kali Bekasi.

“Saya kecil tinggal di sana (dekat Stasiun Bekasi). Di Jalan Juanda itu amat memungkinkan untuk tampungan air. Karena dari situ tidak ada lagi stasiun ke arah utara. Kiri kanan Jalan Pantura itu yang sekarang Jalan Juanda itu ada parit di kiri kanannya. Parit itu mengarah ke Jalan Bulan-bulan sebelum PMI, dari situ belok kiri masuk ke Kali Bekasi, tepatnya dekat Pegadaian,” tambah dia.

Seiring berjalannya waktu, Ali mengatakan, saluran air itu sudah tidak terlihat lagi. Sebab di kawasan Stasiun kini sudah banyak permukiman dan pelebaran jalan yang menimpa parit tersebut.

Dia mengatakan, tidak heran jika kawasan Stasiun Bekasi hingga Jalan Juanda kerap dilanda banjir jika hujan.

“Jadi tidak benar kalau di situ dibilang tidak ada saluran air. Sekarang itu seiring dengan pelebaran jalan, saluran parit itu jadi mengecil bahkan mati yang berdempetan dengan stasiun. Makanya dia kalau lagi musim hujan itu bau sekali sekitaran situ ya,” ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com