Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog Sarankan Pemkot Bekasi Batasi Aktivitas Warga demi Tekan Kasus Covid-19

Kompas.com - 03/09/2020, 10:16 WIB
Cynthia Lova,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Pakar epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono menyarankan Pemkot Bekasi membatasi aktivitas warganya demi menekan lonjakan kasus Covid-19.

Pasien Covid-19 di Kota Bekasi melonjak setelah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dilonggarkan.

Menurut Miko, jika aktivitas warga dibatasi, hal itu bisa mengurangi intensitas warga saling kontak.

“Jadi PSBB itu mengurangi kontak masyarakat, kontak masyarakat akan mengurangi kontak kasus, akan mengurangi penyebaran kasus Covid-19. Tidak ada cara lain,” kata Miko, Rabu (2/9/2020).

Baca juga: PSBB Kota Bekasi Diperpanjang Sebulan hingga 2 Oktober 2020

Miko mengemukakan, lonjakan jumlah pasien Covid-19 di Kota Bekasi belakangan ini terjadi karena masyarakat bingung dengan kebijakan pemerintah.

Sejak PSBB Kota Bekasi dilonggarkan, tempat hiburan dan tempat pariwisata dibuka kembali. Masyarakat juga abai dalam menerapkan protokol pencegahan Covid-19 di tempat umum.

“Karena dilakukan pelonggaran PSBB, bukan pembatasan sosial, dengan dibuka macam-macam (tempat hiburan dan tempat wisata) maka masyarakatnya jadi bingung, mereka bosan dengan apa yang dilakukan. Ragu terhadap upaya yang dilakukan, PSBB kok ada pelanggaran, dibuka macam-macam, jadi masyarakat nanya apakah masih ada PSBB tidak sih," kata Miko.

Namun, langkah Pemkot Bekasi yang mulai gencar melakukan tes massal di lingkungan RW di sekitaran zona merah dinilai Miko merupakan cara baik untuk menangani Covid-19.

Tes massal akan lebih efektif jika tempat isolasi bagi pasien Covid-19 juga disediakan nyaman dengan pengawasan ketat. Isolasi mandiri, kata dia, tidak dilakukan di permukiman padat yang berpotensi menyebarkan Covid-19 ke tetangga.

Baca juga: 37 RW di Kota Bekasi Masuk Zona Merah Covid-19, Ini Daftarnya...

“Tes masal itu efektif mencari sebanyak-banyaknya kasus. Kasus itu kemudian diisolasi dengan baik. Isolasi mandiri menurut saya belum ada perundang-undangannya maupun peraturannya untuk mengisolasi kasus di rumah dan tidak mendapat bantuan dari pemerintah,” ucap Miko.

Miko menyarankan Pemkot Bekasi membuat aturan agar pasien Covid-19 yang isolasi mandiri tidak keluar dari tempat isolasinya. Selain itu, Pemkot harus memastikan pasien Covid-19 yang diisolasi mandiri tertangani dengan benar.

Sebelumnya, Ketua Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia Kota Bekasi, Eko Nugroho mengeluhkan kenaikan pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit rujukan.

Berdasarkan data hingga Rabu kemarin, sudah ada 1.004 jumlah kasus positif Covid-19 di Kota Bekasi. Dari jumlah tersebut, ada 38 pasien yang dirawat. Sementara 908 pasien lainnya sudah dinyatakan sembuh. Sebanyak 58 pasien telah meninggal dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com