Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Penyintas Donor Plasma Darah meski Takut Jarum Suntik Demi Kesembuhan Pasien Covid-19

Kompas.com - 14/01/2021, 18:17 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPA.com - Terapi plasma konvalesen bagi penderita Covid-19 telah diterapkan pada beberapa negara, termasuk Indonesia.

Sejauh ini terapi plasma konvalesen dari penyitas dinilai mampu meredam hingga menyembuhkan pasien gejala Covid-19, karena antibodi yang sudah terbentuk untuk melawan virus.

Hal inilah yang menjadi antusias penyitas Covid-19 untuk dapat mendonorkan plasma darah konvalesen dengan alasan membantu kesembuhan pasien.

Nabila Rassya (20), salah satunya. Warga Pondok Betung, Pondok Aren, Tangerang Selatan ini rela mendonorkan plasma darah konvalesen setelah dinyatakan sembuh dari Covid-19.

Baca juga: Curhat Penyintas Covid-19 yang Hanya Bisa Isolasi Mandiri, Dikucilkan Tetangga dan Bahan Gunjingan

Nabila, mendonorkan plasma darah konvalesen melalui program donor plasma darah konvalesen di Rumah Lawan Covid-19, Senin (11/1/2020).

"Alasan donor plasma konvalesen itu awalnya masih bimbang, karena ada ketakutan sama jarum suntik, tapi dipikir lagi ini dibutuhkan untuk mengani pasien Covid-19," ujar Nabila saat dihubungi, Kamis (14/1/2020).

Bagi Nabila, selain membantu pasien Covid-19, mendonorkan plasma juga untuk menepis sikap masyarakat yang memandang sebelah mata orang yang terinfeksi Corona.

Sejatinya, karena tidak ada orang yang ingin tertular penyakit Covid-19.

"Saat saya terpapar Covid-19, pandangan orang sekitar lebih buruk. Karena itu, merasa tergerak dapat membantu yang lebih membutuhkan," katanya.

Baca juga: Jakarta Butuh Sekitar 16 Juta Dosis Vaksin Covid-19 agar Tercipta Herd Immunity

Sebagai penyintas, Nabila mengingatkan masyarakat untuk hati-hati dengan mematahui protokol kesehatan.

Ia bercerita menderitanya terjangkit Covid-19. Gejala yang dirasakan bermula hilangnya indra penciuman, mual hingga tubuh lemas untuk menjalani aktivitas.

"Geregetan liat orang yang tidak mematuhi protokol kesehatan. Ini sudah banyak contohnya sampai ribuan, tapi tidak sadar juga. Jadi coba patuh buat tekan penyebaran Covid-19," ucapnya.

Menurut Nabila, penderitaan setelah dinyatakan terpapar Covid-19 bukan saja merasakan sakit, melainkan harus jauh dari keluarga.

Baca juga: Dinkes DKI Terima 120.040 Dosis Vaksin Covid-19 untuk Vaksinasi Tahap Pertama

Ia harus terpisah bersama orangtua setelah dinyatakan terpapar hingga menjalani isolasi di Rumah Lawan Covid-19, Serpong, Tangerang Selatan, sejak tanggal 25 Desember 2020.

"Di sana saya malam tahun baru sendiri. Baru pulang setelah dinyatakan sembuh itu hari Jumat, satu minggu terakhir ini," katanya.

Kini, Nabila berharap masyarakat dapat mengikuti aturan pemerintah dengan memantuhi protokol kesehatan untuk menekan penyebaran Covid-19.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com