BEKASI, KOMPAS.com - Polres Metro Bekasi Kota menyita sejumlah alat bukti dari bentrokan organisasi masyarakat (ormas) di Narogong dan di depan Polres Metro Bekasi Kota pada Selasa (8/6/2021) malam.
Sejumlah alat bukti itu berupa kayu dan senjata tajam yang diduga anggota ormas untuk menganiaya lawannya.
"Barang bukti ada kayu, senjata tajam dan juga ada orang yang kita amankan," ujar Wakapolres Metro Bekasi Kota, AKBP Alfian Nurrizal kepada wartawan, Rabu (9/6/2021).
Alfian juga menyebutkan ada tiga orang korban dalam bentrokan kelompok ormas yang terjadi di dua lokasi berbeda.
Baca juga: Polisi Amankan 26 Orang Buntut Bentrokan 2 Ormas di Depan Mapolres Metro Bekasi
"Ada tiga orang dari (ormas) PBB (Pemuda Batak Bersatu). Kita sampaikan kepada massa PBB agar mempercayakan pengamanan kasus kepada polisi, kita sudah amankan alat bukti," ucap Alfian.
Perselisihan kedua ormas itu dipicu karena adanya persoalan utang dari seorang debitur bernama Ika.
Ika sebelumnya meminjam uang ke koperasi perorangan yang bernaung di bawah bendera ormas tersebut.
"Saudari Ika (meminjam uang) kepada koperasi yang mungkin dimiliki perorangan atau dimiliki Pemuda Batak Bersatu (PBB)," kata Alfian.
Baca juga: Bentrokan 2 Ormas di Bekasi, Berawal dari Debitur Tak Mampu Bayar Cicilan
Alfian menjelaskan, Ika meminjam uang sebesar Rp 3,5 juta dengan perjanjian pembayaran secara diangsur dengan tenor tujuh kali cicilan.
Adapun satu kali cicilan dibayarkan Ika sebesar Rp 700.000.
Setelah proses cicilan berjalan, kata Alfian, Ika merasakan kesulitan membayar angsuran dan melapor ke ormas lainnya. Akhirnya, bentrokan antar-ormas tak terhindarkan.
"Dia (Ika) minta bantuan dari ormas. Itu kejadiannya di Bekasi Timur. Kemudian terjadi percekcokan serta dorong-dorongan. Terjadi gesekan di situ," ucap Alfian.
Perselisihan kedua ormas itu tidak menemukan titik temu, bahkan sempat diwarnai penganiayaan.
Salah satu ormas mencoba menyelesaikan persoalan di kantor Polisi.
Namun, massa dari ormas lawan telah berkumpul di Polres Metro Bekasi Kota. Di sana kembali terjadi perselisihan antarkeduanya.
"Sebenarnya Gempa ke Polres ingin mediasi menyelesaiaan masalah. PBB ke Polres mau melapor kejadian tersebut (penganiayaan). Ternyata di situ (Polres) sudah terjadi massa besar terjadilah cekcok, salah paham," kata Alfian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.