Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tragedi Covid-19 di Depok: RS Penuh, Puskesmas Keteteran, Pasien Wafat di Rumah

Kompas.com - 16/07/2021, 05:29 WIB
Vitorio Mantalean,
Jessi Carina

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Kolapsnya sistem kesehatan memaksa pasien Covid-19 harus berjuang sendiri, mengisolasi diri mereka di rumah meski semestinya dirawat di rumah sakit.

Di Depok, Jawa Barat, sedikitnya telah terjadi 25 kematian pasien Covid-19 di luar fasilitas kesehatan sejak Juni 2021, berdasarkan data yang dihimpun oleh koalisi warga Lapor Covid-19.

Jumlah aslinya berpotensi lebih tinggi, karena tak semua kematian pasien Covid-19 di luar fasilitas kesehatan terpantau dan terlaporkan.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok Novarita mengakui, jumlah pasien Covid-19 yang harus menjalani isolasi mandiri memang meningkat karena rumah sakit kini terpaksa memilah-milah pasien bergejala berat untuk dirawat.

Baca juga: Sedikitnya 10 Persen Tenaga Puskesmas di Depok Terpapar Covid-19

"Terjadinya orang yang melakukan isolasi mandiri di rumah itu kan karena kapasitas di rumah sakit memang terbatas, (keterisian rumah sakit) luar biasa meningkat di akhir Juni dan awal Juli ini," kata Novarita kepada Kompas.com, Kamis (15/7/2021).

"Memang tidak memungkinkan semuanya masuk rumah sakit. Dipilah-pilah sekali. Yang masuk rumah sakit adalah yang berat dan kritis. Yang di rumah adalah OTG, gejala ringan, dan gejala sedang," jelasnya.

Padahal, mereka yang bergejala sedang mengalami penurunan saturasi oksigen di bawah normal (<95), mengalami sesak napas ringan, dan sejumlah gejala lain yang membutuhkan pemantauan.

Yang bertugas memantau sudah kewalahan dan kena Covid-19

Sementara itu, Novarita mengakui bahwa sumber daya puskesmas yang semestinya jadi garda terdepan pemantauan pasien isolasi mandiri juga sudah kewalahan karena banyaknya pekerjaan serta sejumlah petugas terpapar Covid-19.

Baca juga: Banyak Warga Isoman Meninggal, Dinkes Depok Singgung RS Penuh dan Curigai Varian Baru

"Sekitar 10 persenlah (petugas puskesmas yang terpapar Covid-19). Setiap puskesmas pasti ada saja," ujar Novarita.

"Makanya, jadi puskesmas agak-agak kewalahan karena melayani banyak kegiatan," lanjutnya.

Camat Pancoran Mas, Utang Wardaya, juga pernah menyampaikan hal serupa, ketika dikonfirmasi soal salah satu warganya yang mengalami disabilitas, tak kunjung disambangi untuk dites PCR meskipun kontak erat dengan pasien Covid-19 hingga akhirnya wafat di rumah dengan status suspek.

Padahal, Pancoran Mas merupakan salah satu kecamatan episentrum Covid-19 di Depok, selain Beji, Cimanggis, dan Sukmajaya.

"Itu (menjemput pasien Covid-19 disabilitas) pernah saya lakukan sebelum kondisi darurat sekarang. Sekarang tim tenaga kesehatannya banyak yang terpapar," kata Utang pekan lalu.

Situasi ini menyebabkan kian banyaknya pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri rentan mengalami perburukan dan tak berhasil ditangani.

Selasa lalu, misalnya, seorang pasien Covid-19 asal Harjamukti, Cimanggis, mendadak mengalami perburukan sehingga harus dilarikan ke rumah sakit.

Baca juga: Dinkes Depok: Pasien Covid-19 yang Masuk RS Kini Sangat Dipilah-pilah

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com