Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasatpol PP Sebut Selebaran "Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit" Langgar Perda

Kompas.com - 22/08/2021, 12:11 WIB
Nirmala Maulana Achmad,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) menilai selebaran dengan isi tulisan "Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit" yang ditempel di Halte Wijaya Kusuma, Kelurahan Cijantung, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur, melanggar Peraturan Daerah (Perda).

"Aturan itu ada di Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum," kata Kepala Satpol PP Jakarta Timur Budhy Novian saat dihubungi, Minggu (22/8/2021).

Oleh karena itu, Budhy telah meminta jajarannya untuk 'menertibkan' selebaran tersebut.

Ia juga mengatakan, belum menemui selebaran serupa di tempat lain di Jakarta Timur selain di Halte Wijaya Kusuma, Cijantung.

Baca juga: Satpol PP Copot Selebaran Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit di Pasar Rebo

"Di tempat lain belum ada. Tapi saya sudah perintahkan kalau ada stiker serupa, saya perintahkan untuk ditertibkan," kata Budhy.

Budhy memerintahkan jajarannya untuk 'menertibkan' selebaran tersebut pada Sabtu (22/8/2021).

"Saya belum dapat laporan kondisi terbarunya sekarang, tetapi tadi malam saya sudah perintahkan untuk ditertibkan," kata Budhy, Minggu ini.

Tribun Jakarta melaporkan, pada bagian bawah kalimat 'Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit' di selebaran itu terdapat tulisan #melawan Covid-19 dan #menolak dibodohi.

Didi (47), warga sekitar mengaku tidak mengetahui pasti sejak kapan selebaran itu ditempel.

"Enggak tahu ya, saya sendiri baru sadar ada selebaran ditempel. Tapi sepertinya masih baru, mungkin sekitar satu atau dua hari ini, atau baru banget ditempel," kata Didi, Sabtu (21/8/2021).

Baca juga: Tindakan Polisi Cari Pembuat Mural Dikhawatirkan Bikin Publik Enggan Berpendapat

Meski selebaran dengan kalimat 'Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit' di Halte Wijaya Kusuma hanya satu, tapi ada selebaran lain dengan pesan serupa terkait penanganan pandemi Covid-19 di lokasi tersebut.

Satu lagi bertuliskan 'Berani Membatasi Harus Menghidupi. Negara Jangan Lepas Tanggung Jawab' yang di bagian bawahnya terdapat ilustrasi tampak seorang anak bersama ibunya.

"Bagus-bagus saja sih pesannya menurut saya, enggak provokator mengajak warga melawan pemerintah. Ini masih wajar sebatas kritik ya. Kalau dibilang bikin kotor ya semua halte sekarang juga enggak ada yang bersih," tutur Didi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com