Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Kedelai Melonjak, Perajin Tempe di Tangsel Terpaksa Kurangi Jumlah Produksi, Omzet Merosot

Kompas.com - 21/02/2022, 15:44 WIB
Annisa Ramadani Siregar,
Nursita Sari

Tim Redaksi

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Saat ini harga kedelai melonjak hingga menembus Rp 1.150.000 per kuintal. Harga tersebut naik sekitar Rp 300.000 dalam kurun waktu dua tahun terakhir dari sebelumnya Rp 850.000 per kuintal.

Menanggapi itu, perajin tahu tempe di Indonesia melakukan aksi mogok produksi selama tiga hari sejak Senin (21/2/2022) hingga Rabu (23/2/2022).

Perajin tempe bernama Mugiyono (50) mengatakan, aksi mogok serupa sudah pernah dilakukan juga sebelumnya.

"Sudah berapa kali, dulu tahun 1997-an, terus tahun 2000-an. Yang naik itu harga kacang kedelai," ujarnya saat ditemui di salah satu pabrik tempe di Kedaung, Pamulang, Kota Tangerang Selatan, pada Senin (21/2/2022).

Baca juga: Saya Mau Beli Tahu Tempe Kosong Semua, Ikan dan Ayam Mahal, Bingung...

Kendati demikian, setelah aksi mogok berjalan tahun-tahun sebelumnya, kata dia, harga kedelai tetap tinggi.

Para perajin tahu tempe pun terpaksa tetap membeli kedelai sebagai bahan baku tahu tempe agar usaha mereka tetap berjalan.

"Walaupun mogok, tetap naik harganya. Ntar coba tanya lagi deh kalau sudah aksi mogok (sekarang), naik enggak. Biasanya sih naik kalau (saat mogok) sebelum-sebelumnya," lanjut Mugiyono.

Baca juga: Jeritan Pedagang Sayur Keliling saat Tahu Tempe Langka, Kita Kewalahan...

Akibat kenaikan harga kedelai, mereka terpaksa mengurangi jumlah produksi karena modal untuk membeli kedelai sudah tinggi.

Biasanya, para perajin tempe yang ada di Kedaung bisa memproduksi hingga 50 kilogram tempe dalam sehari.

Bahkan, dari sekitar 14 perajin tempe yang ada di pabrik tersebut, biasanya menggunakan kedelai hingga mencapai 1 ton (1.000 kg) dalam sehari.

"Tadinya per orang itu sekitar 50 kg sehari. Sekarang kita kurangi jumlah produksinya jadi 40 kg. Penurunan jumlah produksi ini kita enggak apa beli dikit-dikit, yang penting ada pemasukan setiap harinya," jelas Mugiyono.

Baca juga: Pedagang Warteg Mengeluh, Keliling Pasar demi Cari Tahu Tempe tapi Stok Kosong

Jumlah produksi dalam sehari, kata Mugiyono, diukur dari permintaan para pelanggan.

Mugiyono menjelaskan, untuk dapat memproduksi tempe dibutuhkan proses sekitar enam jam setiap harinya.

Kemudian, karena jumlah produksi tempe menurun dari biasanya, para perajin tempe di pabrik tersebut juga mengalami penurunan omzet.

"Biasa bersih untungnya dapat Rp 70.000 sehari, itu di luar modal untuk diputarbalikin lagi ya. Sekarang ada yang Rp 50.000 bahkan ada yang cuma Rp 20.000 dalam sehari," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com