Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nelayan di Muara Angke Keluhkan Sulitnya Memperoleh Bahan Bakar

Kompas.com - 08/04/2022, 17:14 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Rudi Hartono, salah satu nelayan di KM Mutiara Jaya, mengeluh kerap kesulitan mendapatkan solar untuk kapalnya.

Dia merasa tidak ada keadilan dalam pendistribusian solar. Sebab, kapal-kapal besar bisa mendapatkan solar, sementara nelayan sepertinya dirinya harus bersusah payah.

"Bahan bakar, rakyat kecil selalu ditindas. Contohnya perahu gede-gede saja bisa dapat (bahan bakar), sementara kami, jangankan puluhan drum, satu dirigen saja kami kayak mengemis, padahal beli, bukannya minta," kata Rudi, saat ditemui di Pelabuhan Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat (8/4/2022).

Baca juga: Nasib Nelayan Muara Angke: Di Laut Ombak Tak Bersahabat, Balik ke Darat Harga Sembako Naik...

Biasanya, Rudi membeli bahan bakar di pengepul atau pom bensin. Namun, terkadang dia tidak bisa mendapatkan solar.

Bahkan, kata dia, jika membeli solar di pom bensin, pengelola meminta surat-surat terlebih dahulu. "Padahal kami beli, uang halal sendiri," kata Rudi.

Rudi menuturkan, pekerjaannya sebagai nelayan tidak selalu mulus. Selain kendala mendapatkan bahan bakar, dia juga kerap menghadapi persoalan lain, seperti mesin kapal yang rusak, jaring yang menyangkut, hingga tak dapat ikan sama sekali.

"Ini juga dapat segini alhamdulillah," ujar Rudi yang baru saja melaut di sekitar Pulau Bidadari, Kepulauan Seribu itu.

"Ini kebetulan cuacanya enggak enak, anginnya datang, sebenarnya kalau lagi bagus dapat saja Rp 50.000 (sehari)," kata dia.

Rudi juga mengeluhkan pendapatannya sebagai nelayan yang tidak pernah pasti. Meski demikian, dia tetap bersyukur bisa mendapatkan uang halal meski hasilnya tak seberapa.

"Namanya nelayan itu enggak pasti, kadang dapat kadang enggak, cuma ya beginilah keadaannya. Kita orang enggak punya, mau kerja apa lagi" ucap Rudi yang sudah menjadi nelayan sejak 1993 itu.

"Daripada panjang tangan banyak yang suka menghalalkan segala cara, lebih baik kita begini. Dapat Rp 1.000 juga halal, Rp 100.000 halal," sambungnya.

Baca juga: Suara Nelayan di Balikpapan: Kapal Kami Ini Kecil, Tolong Diperhatikan

Kru kapal yang diawaki Rudi ada 9 hingga 10 orang. Kapalnya berlayar dari Banten dan kerap berkeliling ke pelabuhan-pelabuhan lainnya. Tidak hanya Muara Angke tapi juga ke Tanjung Priok, Muara Gembong, hingga Pulau Laki.

"Ikan di laut kadang banyak, kadang sedikit. Banyaknya paling 5 kuintal. Kita dibagi hasil dulu sama yang punya perahu. Misalnya penjualan Rp 2 juta, potong perbekalan Rp 1 juta (makan, solar, rokok), Rp 1 juta bagi-bagi paling ya Rp 50.000 sekali melaut," kata dia.

Namun jika hasil tangkapan ikan melimpah, Rudi pun bisa mengantongi Rp 200.000 hingga Rp 300.000 dalam sehari.

Dia mengatakan, hasil yang tak tentu itu selalu dicukupkan untuk kehidupan sehari-hari keluarganya.

Rudi juga tidak memiliki usaha sampingan lain sehingga hanya mengandalkan penghasilan dari melaut saja.

"Pernah coba usaha lain di darat tapi larinya ke laut-laut juga. Jualan pernah, mulung pernah. Sekarang hanya dari nelayan saja (penghasilannya)," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com