Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maraknya Fenomena Jastip meski Berisiko Penipuan, Pengamat: Tergiur Jalan Tikus

Kompas.com - 15/07/2022, 11:33 WIB
Larissa Huda

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Penipuan jasa titip (jastip) masih terus terjadi. Meskipun platform ini tidak ada jaminan keamanan dan kepercayaan, pasar bisnis jastip masih terus diminati, khususnya di Indonesia.

Sayangnya, tak jarang bisnis ini dimanfaatkan oleh sekelompok orang tak bertanggung jawab untuk melancarkan kejahatan berkedok jastip.

Teranyar, penipuan berkedok jastip kembali mencuat setelah sejumlah korbannya angkat bicara di media sosial. Cerita orang-orang yang menjadi korban diunggah melalui akun Instagram bernama @korbanpenipuantita.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, penipuan jastip ini bukan pertama kali terjadi. Kendati demikian, kata Bhima, masih ada beberapa alasan konsumen tergiur jastip.

Baca juga: Viral Kasus Penipuan Jastip Diungkap di Akun @korbanpenipuantita, Ini Cerita Salah Satu Korbannya

"Permintaan jastip itu cukup tinggi di Indonesia. Karena orang-orang ini tergiur mencari jalan tikus," ujar Bhima kepada Kompas.com, Jumat (15/7/2022).

Bhima menjelaskan, ada beberapa hal yang membuat konsumen tergiur mencari barang jastip, salah satunya untuk menghindari hal administrasi yang berkaitan dengan bea dan cukai secara langsung.

Kemudian, konsumen tergiur dengan selisih harga yang lebih murah lantaran barang jastip itu biasanya tidak melalui kargo atau dititipkan lewat perjalanan luar negeri.

Dengan demikian, barang itu akan dianggap sebagai barang personal sehingga tidak wajib dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan terkena bea masuk ataupun pajak pertambahan nilai (PPN).

Untuk penipuan jastip yang baru-baru ini menjadi perhatian publik, kata Bhima, terjadi karena calon pembeli ingin menekan biaya pengiriman yang lebih murah.

Biasanya, pelaku jastip menggunakan kargo dengan ketentuan minimum order quantity (MOQ) atau jumlah pembelian minimal barang yang penjual tetapkan.

Selisih harga itu yang kemudian menjadi pertimbangan bagi pelaku yang ingin menjual kembali barangnya atau reseller dengan harapan margin yang lebih menguntungkan ataupun mengejar persaingan harga dengan penjual lain.

Baca juga: Cerita Korban Penipuan Jastip, Dikejar Reseller hingga Ganti Uang Ratusan Juta Rupiah

"Kalau barang dikirim dengan jumlah yang sangat besar, maka beban biaya ongkos kirim akan jauh lebih murah dibandingkan impor satuan," ujar Bhima.

Sayangnya, transaksi jastip ini sangat berisiko karena hingga saat ini belum ada platform yang resmi dan diawasi pemerintah secara langsung yang menawarkan jasa titip.

Transaksi jastip ini dilakukan secara personal dengan tanpa jaminan apa pun. Di sisi lain, minimnya pengetahuan calon pembeli soal prosedur jastip akan menjadi sasaran empuk pelaku kejahatan.

"Padahal, prosedur ini tidak ada transparansi pengiriman barang," kata Bhima.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com