Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengunjungi Museum Ahmad Yani, Saksi Bisu Peristiwa Kelam G-30-S

Kompas.com - 25/11/2022, 05:00 WIB
Ivany Atina Arbi

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Patung sosok Jenderal (Anumaerta) Ahmad Yani yang terbuat dari perunggu setinggi tiga meter berdiri di halaman depan kediaman keluarga Ahmad Yani di Jalan Lembang Nomor 6, Menteng, Jakarta Pusat.

Letnan Jenderal Ahmad Yani adalah salah satu korban Gerakan 30 September (G30S) yang kemudian dinaikkan pangkatnya menjadi jenderal.

Rumah kediamannya tersebut menjadi saksi bisu tertembaknya Sang Jenderal oleh tarikan pelatuk senapan milik tentara berseragam Resimen Tjakrabirawa, 1 Oktober 1965 dini hari.

Saat ini rumah tersebut diabadikan menjadi museum untuk terus mengingat peristiwa G30S sebagai pembelajaran dan renungan.

Ahmad Yani adalahsalah satu korban yang gugur di kediamannya sendiri oleh tujuh peluru dari senapan pasukan Tjakrabirawa saat Sang Pahlawan Revolusi tengah berganti pakaian dinas.

Baca juga: Museum Ahmad Yani, Saksi Bisu Perjalanan Sang Jenderal Korban G30S

Dari tujuh peluru yang dilepaskan pasukan Tjakrabirawa pada 1 Oktober 1965 pukul 04:35 WIB itu, lima di antaranya meninggalkan lubang tembakan di sebuah pintu.

Hingga saat ini, bekas lubang tembakan itu masih bisa dilihat pengunjung museum.

Merawat ingatan

Memasuki kompleks bekas rumah pribadi Yani di Jalan Lembang 58 Jakarta Pusat, pengunjung bakal melihat pintu utama rumah terdiri atas jejeran empat daun pintu setinggi 2 meter.

Sejumlah papan penunjuk jalan mengarahkan pengunjung untuk melalui rute itu. Ini bukan tanpa alasan.

Pemandu Museum Jenderal Ahmad Yani, Sersan Mayor Wawan Sutrisno kepada harian Kompas bercerita bagaimana dulu sejumlah anggota Resimen Tjakrabirawa memasuki rumah pada 1 Oktober 1965, mencari Yani.

Baca juga: Banyak Museum, Jakarta Pantas Disebut Kota Museum

"Setelah melewati pintu pagar, mereka menyekap pasukan penjaga di rumah Pak Yani dan ada yang bertugas mengepung kediaman,” tuturnya.

Ada anggota pasukan yang bertugas membawa Yani. Mungkin, mereka berpikir pintu rumah tidak akan dibukakan jika mereka masuk lewat pintu utama.

Karena itu, mereka masuk lewat pintu belakang untuk menjemput paksa Yani hingga tembakan dilepaskan terhadap Sang Jenderal.

Merawat ingatan tentang penculikan Yani inilah yang mendorong pengelola museum mengunci pintu utama rumah dan mengarahkan pengunjung museum masuk lewat pintu belakang.

”Setelah Bapak tiada, keluarga Pak Yani menyerahkan rumah beserta isinya kepada pemerintah, tanpa paksaan,” kata Wawan.

Baca juga: Mengenal Museum Bahari, Bekas Gudang VOC Penyimpan Bukti Ketangguhan Maritim Nusantara

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usahanya Ditutup Paksa, Pemilik Restoran di Kebon Jeruk Bakal Tempuh Jalur Hukum jika Upaya Mediasi Gagal

Usahanya Ditutup Paksa, Pemilik Restoran di Kebon Jeruk Bakal Tempuh Jalur Hukum jika Upaya Mediasi Gagal

Megapolitan
Aktor Utama Pabrik Narkoba di Bogor Masih Buron, Polisi: Sampai Lubang Semut Pun Kami Cari

Aktor Utama Pabrik Narkoba di Bogor Masih Buron, Polisi: Sampai Lubang Semut Pun Kami Cari

Megapolitan
Polisi Amankan 8 Orang Terkait Kasus Pembacokan Remaja di Depok, 4 Ditetapkan Tersangka

Polisi Amankan 8 Orang Terkait Kasus Pembacokan Remaja di Depok, 4 Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Bukan Melompat, Disdik DKI Sebut Siswa SMP Jaksel Terpeleset dari Lantai 3

Bukan Melompat, Disdik DKI Sebut Siswa SMP Jaksel Terpeleset dari Lantai 3

Megapolitan
Insiden Siswa SMP Lompat dari Lantai 3, KPAI Minta Disdik DKI Pasang Sarana Keselamatan di Sekolah

Insiden Siswa SMP Lompat dari Lantai 3, KPAI Minta Disdik DKI Pasang Sarana Keselamatan di Sekolah

Megapolitan
3 Saksi Diperiksa Polisi dalam Kasus Dugaan Penistaan Agama yang Jerat Pejabat Kemenhub

3 Saksi Diperiksa Polisi dalam Kasus Dugaan Penistaan Agama yang Jerat Pejabat Kemenhub

Megapolitan
Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Matraman

Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Matraman

Megapolitan
Disdik DKI Bantah Siswa di Jaksel Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Dirundung

Disdik DKI Bantah Siswa di Jaksel Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Dirundung

Megapolitan
BNN Masih Koordinasi dengan Filipina Soal Penjemputan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass

BNN Masih Koordinasi dengan Filipina Soal Penjemputan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass

Megapolitan
Polisi Minta Keterangan MUI, GBI, dan Kemenag Terkait Kasus Dugaan Penistaan Agama Pendeta Gilbert

Polisi Minta Keterangan MUI, GBI, dan Kemenag Terkait Kasus Dugaan Penistaan Agama Pendeta Gilbert

Megapolitan
Walkot Depok: Bukan Cuma Spanduk Supian Suri yang Kami Copot...

Walkot Depok: Bukan Cuma Spanduk Supian Suri yang Kami Copot...

Megapolitan
Satpol PP Copot Spanduk Supian Suri, Walkot Depok: Demi Allah, Saya Enggak Nyuruh

Satpol PP Copot Spanduk Supian Suri, Walkot Depok: Demi Allah, Saya Enggak Nyuruh

Megapolitan
Polisi Bakal Panggil Indonesia Flying Club untuk Mengetahui Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Polisi Bakal Panggil Indonesia Flying Club untuk Mengetahui Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Megapolitan
Siswi SLB di Jakbar Dicabuli hingga Hamil, KPAI Siapkan Juru Bahasa Isyarat dan Pendampingan

Siswi SLB di Jakbar Dicabuli hingga Hamil, KPAI Siapkan Juru Bahasa Isyarat dan Pendampingan

Megapolitan
Ada Pembangunan Saluran Penghubung di Jalan Raya Bogor, Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan

Ada Pembangunan Saluran Penghubung di Jalan Raya Bogor, Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com