Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Vihara Boen Hay Bio Tangsel, Terbentuk dari Perkumpulan Pengungsi Etnis Tionghoa...

Kompas.com - 19/01/2023, 05:30 WIB
Annisa Ramadani Siregar,
Nursita Sari

Tim Redaksi

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Berdiri sejak 1664, Vihara Boen Hay Bio menjadi tempat peribadatan tertua umat Buddha maupun etnis Tionghoa di Tangerang Selatan.

Di usianya yang sudah mencapai 359 tahun atau lebih dari tiga abad, wihara tersebut sudah memiliki 13 altar.

Ketua Perkumpulan Boen Hay Bio Vihara Karuna Jala, Tatang Yong Fendy (65), mengatakan, wihara itu terbentuk dari sebuah perkumpulan etnis Tionghoa.

Bermula pada masa kolonial, warga etnis Tionghoa dari sejumlah daerah mengungsi ke Batavia karena terjadi kerusuhan.

Baca juga: Menengok Vihara Boen Hay Bio, Tempat Ibadah Tertua Umat Buddha di Tangsel

Tak lama setelah pelarian, mereka berniat kembali ke daerah asalnya.

Namun, karena kondisi masih keruh dengan suasana peperangan, warga etnis Tionghoa itu akhirnya memilih untuk singgah sementara waktu di wihara.

"Mereka mau kembali ke daerah dan singgah dulu di sini, sampai menunggu situasi benar-benar aman," kata Tatang saat ditemui pada Rabu (18/1/2023).

Seiring waktu, sejumlah warga yang berniat singgah sementara justru merasa aman dan nyaman tinggal di wihara.

Baca juga: 800 Lampion Hiasi Vihara Boen San Bio Tangerang Saat Perayaan Imlek 2023

Kemudian, mereka lebih memilih untuk bermukim di wihara, sehingga tempat itu menjadi lokasi pengungsian bagi warga etnis Tionghoa.

"Sudah dalam keadaan aman, justru banyak pengungsi yang memilih tinggal di sini. Akhirnya banyak umat juga yang berlari ke sini dan mengungsi," kata Tatang.

"Makin lama banyak orang, maka terus dibangun dan berlanjut ke perkumpulan Boen Hay Bio," lanjut dia.

Sejak saat itu, material demi material sesuai kepercayaan etnis Tionghoa mulai diletakkan di wihara. Lambat laun, wihara tersebut berdiri kokoh sebagai tempat ibadah.

Baca juga: 1.200 Orang Diprediksi Akan Rayakan Imlek 2023 di Vihara Boen San Bio Tangerang

Sekretaris Perkumpulan Boen Hay Bio Vihara Karuna Jala, Serly (21), mengatakan, awalnya perkumpulan itu mendirikan Vihara Boen Tek Bio dan Boen San Bio di Tangerang.

Lalu, lahirlah Boen Hay Bio di Tangsel. Ketiga vihara ini disebut sebagai tiga serangkai karena dibangun berdasarkan tradisi Boen yang merupakan satu keturunan.

Serly menjelaskan, arti dari Boen adalah sastra. Kemudian, Tek artinya kebajikan, dan Bio artinya tempat ibadah.

Baca juga: Kelenteng Boen Tek Bio Masih Sepi Pengunjung Jelang Imlek 2023

Sementara itu, San artinya gunung dan Hay artinya laut atau samudera.

"Boen Tek artinya orang pandai, cendekiawan. Boen San artinya pegunungan, sedangkan Boen Hay artinya lautan," kata Serly.

Karena bermakna lautan, maka dipajanglah patung kepiting di atas pintu gerbang wihara sebagai ciri khas Vihara Boen Hay Bio.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Megapolitan
Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Megapolitan
PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

Megapolitan
Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Megapolitan
Perbaikan Pintu Bendung Katulampa yang Jebol Diperkirakan Selesai Satu Pekan

Perbaikan Pintu Bendung Katulampa yang Jebol Diperkirakan Selesai Satu Pekan

Megapolitan
Dituduh Punya Senjata Api Ilegal, Warga Sumut Melapor ke Komnas HAM

Dituduh Punya Senjata Api Ilegal, Warga Sumut Melapor ke Komnas HAM

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Gratiskan Biaya Ubah Domisili Kendaraan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Pemprov DKI Bakal Gratiskan Biaya Ubah Domisili Kendaraan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Megapolitan
Amarah Pembunuh Wanita di Pulau Pari, Cekik Korban hingga Tewas karena Kesal Diminta Biaya Tambahan 'Open BO'

Amarah Pembunuh Wanita di Pulau Pari, Cekik Korban hingga Tewas karena Kesal Diminta Biaya Tambahan "Open BO"

Megapolitan
Akses Jalan Jembatan Bendung Katulampa Akan Ditutup Selama Perbaikan

Akses Jalan Jembatan Bendung Katulampa Akan Ditutup Selama Perbaikan

Megapolitan
Tidak Kunjung Laku, Rubicon Mario Dandy Bakal Dilelang Ulang dengan Harga Lebih Murah

Tidak Kunjung Laku, Rubicon Mario Dandy Bakal Dilelang Ulang dengan Harga Lebih Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Gunakan Wisma Atlet buat Tampung Warga Eks Kampung Bayam

Pemprov DKI Disarankan Gunakan Wisma Atlet buat Tampung Warga Eks Kampung Bayam

Megapolitan
Terlibat Tawuran, Dua Pelajar Dibacok di Jalan Raya Ancol Baru

Terlibat Tawuran, Dua Pelajar Dibacok di Jalan Raya Ancol Baru

Megapolitan
Potret Kemiskinan di Dekat Istana, Warga Tanah Tinggi Tidur Bergantian karena Sempitnya Hunian

Potret Kemiskinan di Dekat Istana, Warga Tanah Tinggi Tidur Bergantian karena Sempitnya Hunian

Megapolitan
Dinas SDA DKI Targetkan Waduk Rawa Malang di Cilincing Mulai Berfungsi Juli 2024

Dinas SDA DKI Targetkan Waduk Rawa Malang di Cilincing Mulai Berfungsi Juli 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com