Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Kebanjiran Jadi Tradisi, Warga di Kompleks Dosen IKIP Bekasi Menolak Mengungsi...

Kompas.com - 28/02/2023, 10:13 WIB
Joy Andre,
Jessi Carina

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Hujan deras yang mengguyur Kota Bekasi pada Minggu (26/2/2023) malam hingga Senin (27/2/2023) pagi membuat sejumlah wilayah terendam banjir dan membuat ratusan kepala keluarga (KK) terdampak.

Berdasarkan catatan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi yang diterima oleh Kompas.com, ada 300 KK yang terdampak. Mereka tersebar di 9 Kecamatan dengan total 15 titik genangan.

Ketinggian air ketika banjir juga bervariatif, mulai dari 25 centimeter-85 centimeter.

Untuk titik terendah, berada di Kecamatan Bekasi Barat, tepatnya di Perum Mas Niaga dan Puri Bintara. Tercatat, ketinggian air di sana kurang lebih 25 centimeter.

Sementara titik tertinggi berada di Kecamatan Jatiasih tepatnya di Perumahan Dosen IKIP Jalan Caman Raya, Jatikramat. Ketinggian air di titik tersebut tercatat kurang lebih hingga 85 centimeter.

Baca juga: Banjir Hampir 1 Meter, Warga Kompleks Dosen IKIP Pilih Bertahan di Rumah

 

Warga kompleks IKIP yang menolak diungsikan

Meski kondisi banjir hampir 1 meter, namun warga di kompleks perumahan IKIP menolak untuk diungsikan ke tempat yang lebih aman.

Salah satu warga yang memilih bertahan di rumahnya adalah Ujang (39).

Pengalamannya menghadapi puluhan kali banjir membuat ia memilih bertahan di rumahnya meski ketinggian air hampir mencapai 1 meter.

"Iya, langganan banjir. Sudah sering kena (banjir) di sini. Saya mah biasa kalau ada banjir. Orang-orang di sekitar sini juga pada naik pasti (ke lantai dua rumah)," ujar Ujang saat ditemui Kompas.com di lokasi, Senin (27/2/2023.

Ujang pun menduga, selain karena hujan deras yang terus mengguyur Kota Bekasi, banjir di perumahan tersebut juga diduga disebabkan waduk yang tak mampu lagi menahan debit air.

Akibatnya, air meluap dan merendam kompleks perumahan tersebut.

Baca juga: Hujan Deras Guyur Kota Bekasi, Kompleks Dosen IKIP Banjir hingga 80 Centimeter

"Hujan sempat banjir, tapi surut. Nah, jam 05.00 WIB, hujan lagi deras, sampai akhirnya waduk di belakang, itu airnya tumpah (meluap)," ungkap Ujang.

Tak jauh berbeda dengan Ujang, seorang warga lain yakni Elfia (38) juga memilih untuk bertahan di rumahnya.

Ia menyebut banjir hampir setinggi satu meter ini masih tergolong banjir biasa dan belum memaksa ia untuk mengungsi.

"Sudah biasa sih kami di sini (terdampak banjir). Enggak mau dievakuasi karena memang langganannya," jelas dia.

 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Preman Penghancur Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Preman Penghancur Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Jambret Beraksi di Depan JIS, Salah Satu Pelaku Diduga Wanita

Jambret Beraksi di Depan JIS, Salah Satu Pelaku Diduga Wanita

Megapolitan
Kondisi Terkini TKP Brigadir RAT Bunuh Diri: Sepi dan Dijaga Polisi

Kondisi Terkini TKP Brigadir RAT Bunuh Diri: Sepi dan Dijaga Polisi

Megapolitan
Wanita Jatuh ke Celah Peron dan Gerbong KRL di Stasiun Manggarai

Wanita Jatuh ke Celah Peron dan Gerbong KRL di Stasiun Manggarai

Megapolitan
Tepergok Curi Motor di Kelapa Gading, Pelaku Tembaki Sekuriti dengan Airsoft Gun

Tepergok Curi Motor di Kelapa Gading, Pelaku Tembaki Sekuriti dengan Airsoft Gun

Megapolitan
Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Megapolitan
Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Megapolitan
Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Megapolitan
Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Megapolitan
Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Megapolitan
Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com