Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedagang Takjil di Jalan Cipinang Muara Jaktim Raup Rp 500.000 Per Hari

Kompas.com - 29/03/2023, 23:11 WIB
Nabilla Ramadhian,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang pedagang takjil di Jalan Cipinang Muara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, Samuel (54), mampu meraup untung hingga Rp 500.000 per hari.

"Pendapatan harian sejauh ini bisa mencapai Rp 400.000-Rp 500.000. Alhamdulillah belum pernah di bawah Rp 400.000," kata Samuel di lokasi, Rabu (29/3/2023).

Samuel dan pasangannya berjualan takjil di Jalan Cipinang Muara setiap hari sejak hari pertama puasa pada Kamis (23/3/2023).

Biasanya, semua makanan yang hendak dijual sudah disiapkan sejak pukul 04.00 WIB.

Baca juga: Berburu Takjil di Sepanjang Jalan Cipinang Muara Jaktim

Kemudian, mereka mulai siap-siap menggelar lapak pukul 14.30 WIB dan mulai berjualan pukul 15.30 WIB.

"Biasanya jualan sampai jam buka puasa, tapi kasih waktu buka sampai jam 19.00 WIB, baru tutup lapak," kata Samuel.

Setiap takjil buka puasa dijual dengan harga Rp 2.000, kecuali risol mayo seharga Rp 2.500 dan kolak Rp 7.000.

Samuel melanjutkan, ia memilih untuk berjualan di Jalan Cipinang Muara tidak hanya karena selalu ramai saat ngabuburit, tetapi lokasinya juga dekat dengan rumah mereka.

Baru pertama kali berdagang

Samuel mengaku baru pertama kali berdagang makanan untuk buka puasa. Sebab, ia bekerja di bidang jual beli besi. Sebelumnya, ia adalah seorang konsultan hukum di hotel.

Akibat pandemi Covid-19, penginapan tempatnya mencari nafkah terpaksa ditutup.

"Saya baru tahun ini (jualan takjil). Sejauh ini saya kaget karena belum pernah (berjualan)," ungkap Samuel.

"Kaget karena terbiasa kerja di hotel, di kantoran, sekarang kerja di lapangan ketemu masyarakat langsung," imbuh dia.

Baca juga: Cerita Pedagang Takjil Musiman di Jalan Komodo Raya, Raup Rp 1,5 Juta Setiap Hari

Ada beberapa tantangan yang ia hadapi sebagai pedagang takjil baru, salah satunya pilihan kata untuk mengobrol dengan pembeli.

Saat masih berprofesi sebagai konsultan hukum, Samuel lebih sering berbicara dengan birokrat. Pada saat itu, penggunaan kata-kata baku sudah menjadi makanan sehari-hari.

"Sekarang lebih sering ketemu dan mengobrol sama masyarakat biasa, kerasa beda aja gaya mengobrolnya. Sama orang birokrasi baku banget," tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi : Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi : Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Megapolitan
Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Megapolitan
Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Megapolitan
Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Megapolitan
Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Megapolitan
Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Megapolitan
Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Megapolitan
Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal 'Study Tour', Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal "Study Tour", Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Megapolitan
Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Megapolitan
KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

Megapolitan
Mau Bikin 'Pulau Sampah', Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Mau Bikin "Pulau Sampah", Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Megapolitan
Polri Gerebek Gudang Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster di Bogor

Polri Gerebek Gudang Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster di Bogor

Megapolitan
Walkot Jaksel: Warga Rawajati yang Terdampak Normalisasi Ciliwung Tidak Ada yang Protes

Walkot Jaksel: Warga Rawajati yang Terdampak Normalisasi Ciliwung Tidak Ada yang Protes

Megapolitan
4 Pelaku Sudah Ditangkap, Mobil Curian di Tajur Bogor Belum Ditemukan

4 Pelaku Sudah Ditangkap, Mobil Curian di Tajur Bogor Belum Ditemukan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com