JAKARTA, KOMPAS.com - Jakarta Utara menjadi salah satu kota madya di DKI Jakarta yang angka stunting atau tengkes terhadap anak mengalami penurunan dari 20,4 persen menjadi 18,5 persen di 2021 & 2022.
Meski demikian, persentase angka di Jakarta Utara untuk anak yang mengalami stunting masih cukup banyak jika dibandingkan dengan wilayah lain di DKI Jakarta.
Hal ini berdasarkan laporan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dari Kemenkes 2021 dan 2022 di wilayah DKI Jakarta.
Baca juga: Tantangan Nakes di Puskesmas, Banyak Orangtua Denial Saat Anaknya Didiagnosis Stunting
Ahli gizi yang bertugas di Puskesmas Sunter Jaya II, Hillga Tiara Dewi mengungkapkan, penyebab terjadinya stunting terhadap anak dikarenakan kurangnya gizi pada masa pertumbuhan.
"Stunting itu kegagalan perkembangan (anak). Jadi, kalau kasarnya, anaknya agak lemot. Karena dia itu kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama, gizi kronis," ungkap Hillga saat ditemui Kompas.com pada Senin (3/4/2023).
"Mungkin juta disebabkan karena infeksi, misalnya lingkungan yang tidak bersih, dia sakitnya berulang, (maksudnya) setiap bulan sakit, itu juga memengaruhi pertumbuhannya," imbuh dia.
Kepala Puskesmas Sunter Jaya II, Artika T, juga tidak menampik bahwa penyebab terjadinya stunting pada anak dikarenakan kondisi ekonomi keluarga yang tidak mumpuni untuk memenuhi gizi balita.
"Iya benar, sebagian besar karena memang kondisi ekonomi," kata Artika dalam kesempatan yang sama.
Baca juga: Heru Budi Kosongkan Jabatan Kadinkes Saat Hendak Atasi Stunting, Ini Alasannya
Meski begitu, Artika menegaskan yang perlu diperhatikan adalah pola perilaku dan pemikiran orangtua terhadap buah hati.
"Karena, sesungguhnya makanan yang bergizi itu tidak perlu mahal. Jadi, tergantung dari ibunya, bagaimana mengolahnya sehingga anak-anak ini bisa mendapatkan pola makan dan gizi yang cukup," imbuh Artika.
Di sisi lain, Hillga menjelaskan gejala pada balita yang akan mengalami stunting.
Hillga mengatakan, gejala stunting ini tidak seperti penyakit lain yang terlihat oleh kasat mata seperti batuk, demam, hingga pilek.
“Tetapi, kalau stunting itu lebih ke pertumbuhan anak,” ucap Hillga.
Baca juga: Cegah Stunting, Menkes Minta Ibu-ibu Timbang Balita Tiap Bulan
Sementara, untuk melihat pertumbuhan anak, Hillga mengimbau agar orangtua selalu mengantarkan buah hati ke Posyandu setiap bulannya.
Di sana, para balita akan menjalani penimbangan berat dan pengukuran tinggi badan.
“Kalau balita tersebut setiap bulannya tidak ada kenaikan berat badan atau weight faltering, tidak ada kenaikan berat badan sesuai standar, itu akan berisiko ke arah stunting,” ungkap Hillga.
Oleh karena itu, penting bagi para ibu agar tidak menyepelekan untuk mengantarkan anak ke Posyandu.
Baca juga: Jokowi Minta Cara Kerja Penanganan Covid-19 Diterapkan untuk Tangani TBC hingga Stunting
“Jadi, dari sana, kamu bisa melihat balita-balita mana saja yang dicurigai akan jatuh ke stunting dengan dilihat dari pertumbuhan,” tutur Hilga.
“Memang (datang ke Posyandu) kelihatannya sepele. Datang, ditimbang, dan diukur. Tetapi kan sebenarnya tidak,” imbuh dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.