JAKARTA, KOMPAS.com - Ada beragam kebudayaan dari Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang ditampilkan dalam Festival Budaya Manggarai.
Festival digelar di Anjungan NTT di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, pada 24-25 Juni 2023.
Tari caci menjadi salah satu kebudayaan yang ditampilkan pada Minggu (25/6/2023).
Ketua Ikatan Keluarga Manggarai Kebon Jeruk Libertus Jehani (56) mengatakan, masyarakat yang kurang familiar akan melihat tari caci sebagai sesuatu yang memiliki unsur kekerasan.
"Tapi sebenarnya, ada nilai-nilai yang terkandung yang sangat mulia," jelas dia di lokasi, Minggu.
Baca juga: Warga Flores Gelar Festival Budaya Manggarai di TMII, Pengunjung Antusias
Dikutip dari Kompas.com, Jumat (2/9/2022), tari caci adalah tari perang yang dibalut dalam bentuk tarian.
Tari caci juga menjadi simbol pertobatan dalam kehidupan manusia.
Tarian dimainkan oleh sepasang penari laki-laki berusia antara 25-50 tahun bahkan lebih. Para pemain dibagi menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama adalah tuan rumah atau ata one, dan kelompok kedua adalah pendatang yang berasal dari desa lain.
Kelompok kedua disebut sebagai ata pe'ang atau meka landang artinya tamu pendatang).
Para penari menari sambil menggunakan senjata, yaitu cambuk yang bertindak sebagai penyerang dan perisai untuk bertahan.
Baca juga: Warga Flores Lestarikan Kebudayaannya lewat Festival Budaya Manggarai
"Nilai pertama itu menunjukkan sportivitas. Ketika dipukul atau memukul, biasanya orang melakukannya suka-suka. Kalau tari caci enggak, ada seninya," jelas Libertus.
Setiap orang hanya diperbolehkan memukul sekali sebelum dipukul. Orang yang sebelumnya memukul akan berlutut sambil menyerahkan perisai kepada yang akan memukul balik.
Nilai kedua yang terkandung dalam tari caci adalah ajaran untuk selalu mengucapkan syukur kepada alam semesta dan Tuhan.
Libertus mengatakan, perisai melambangkan bumi sementara bambu yang digunakan sebagai gagang pecut melambangkan langit.
"Agar selamat dalam hidup, ketika dijahati, harus menyatu dengan langit dan bumi atau Tuhan dan alam semesta," jelas Libertus.
"Kalau perisai dan cambuk dilepas, ya kita kena cambuk. Artinya, hidup jadi menderita. Orang Manggarai diingatkan bahwa tanpa langit dan bumi, tanpa bumi dan hasilnya, enggak mungkin kami bisa hidup," imbuh dia.
Libertus melanjutkan, tari caci adalah cara masyarakat Manggarai bersyukur karena masih bisa menikmati berkat dari Tuhan dan alam semesta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.