Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluhkan Banjir Jakarta, Perantau: Pemprov Harus Putar Otak agar Warga Tertib Buang Sampah

Kompas.com - 03/07/2023, 08:44 WIB
Nabilla Ramadhian,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang perantau asal Kebumen, Jawa Tengah, bernama Fuad (45) mengeluhkan kondisi Ibu Kota yang kerap dilanda banjir setiap musim hujan.

Menurut dia, banjir bisa ditangani jika Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta memutar otak agar warga lebih tertib dalam membuang sampah.

"Pemprov harus putar otak, gimana caranya supaya warga sadar untuk enggak buang sampah sembarangan. Kepedulian terhadap sampah harus didorong ke masyarakat," ucap Fuad di RPTRA Komarudin, Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur, Selasa (27/6/2023).

Baca juga: Merantau Itu Bagai Anak Baru Masuk Sekolah, Harus Adaptasi untuk Naik Kelas

Fuad menuturkan, salah satu yang bisa dicoba adalah membuat gerakan mengambil sampah yang berserakan di sejumlah titik di Jakarta.

Gerakan yang dilakukan secara masif dan sering dianggap dapat membuat warga Jakarta tergugah membuang sampah pada tempatnya.

Bahkan, jika memungkinkan, kenakan denda bagi yang ketahuan membuang sampah sembarangan.

Pengelola RPTRA Komarudin itu menekankan betapa pentingnya Jakarta menjadi kota yang bersih dan bebas sampah.

"Dari situ (membuang sampah sembarangan) juga larinya ke banjir. Sampah asal dibuang saja ke kali, selokan, atau saluran air lainnya, jadinya mampet dan bikin banjir," ujar dia.

Baca juga: Kenyang Pengalaman Pahit di Jakarta, Perantau Ini Pernah Kebanjiran, Dimaki, dan Diremehkan

Fuad pernah menjadi korban banjir saat pertama kali menginjakkan kaki di Jakarta pada 2005.

Saat itu, ia bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah rumah sakit di Kemayoran, Jakarta Pusat.

Selama bekerja di sana, ia menyewa sepetak kontrakan bersama tiga orang temannya. Harga sewa per bulannya adalah Rp 500.000 per bulan.

Meski sudah dibagi empat, biaya sewanya tetap dirasa mahal karena gaji bulanan Fuad pada saat itu adalah Rp 500.000.

Selain harganya yang mahal, lokasi kontrakan juga kurang strategis karena langganan banjir.

Baca juga: Belasan Tahun Merantau di Jakarta, Pria Asal Kebumen Ini Pelajari Banyak Keterampilan Baru

"Saluran airnya dulu banyak sampah. Enggak hujan saja suka becek, setiap hujan ya banjir. Kalau bukan karena kerja di kawasan itu, saya enggak mau tinggal di sana," ungkap Fuad.

Menurut Fuad, banjir tidak hanya merugikan karena merendam permukiman warga saja.

Banjir juga bisa menimbulkan penyakit, terutama pada hunian dengan lingkungan lembap sehingga dinding tak kunjung kering usai banjir.

Salah satu cara untuk mengatasi banjir adalah memperbaiki kebiasaan warga yang masih sering membuang sampah sembarangan.

"Kesadaran akan kebersihan masih kurang. Padahal sampah itu menurut saya awal mula dari berbagai permasalahan seperti banjir dan penyakit. Awalnya di sampah itu," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemkot Depok Beri Santunan Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Pemkot Depok Beri Santunan Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bangun RDF di Rorotan Cilincing, Tampung 2.500 Ton Sampah Per Hari

Pemprov DKI Jakarta Bangun RDF di Rorotan Cilincing, Tampung 2.500 Ton Sampah Per Hari

Megapolitan
Percaya Bus Laik Jalan, Yayasan SMK Lingga Kencana: Kalau Tak Yakin, Enggak Diberangkatkan

Percaya Bus Laik Jalan, Yayasan SMK Lingga Kencana: Kalau Tak Yakin, Enggak Diberangkatkan

Megapolitan
Ketika Janji Heru Budi Beri Pekerjaan ke Jukir Minimarket Dianggap Mimpi di Siang Bolong...

Ketika Janji Heru Budi Beri Pekerjaan ke Jukir Minimarket Dianggap Mimpi di Siang Bolong...

Megapolitan
Suprayogi, Guru SMK Lingga Kencana yang Tewas dalam Kecelakaan Bus, Dikenal Perhatian dan Profesional

Suprayogi, Guru SMK Lingga Kencana yang Tewas dalam Kecelakaan Bus, Dikenal Perhatian dan Profesional

Megapolitan
Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Pihak Yayasan Merasa Kondisi Bus Layak

Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Pihak Yayasan Merasa Kondisi Bus Layak

Megapolitan
Tidak Cukup Dibebastugaskan, Direktur STIP Diminta Bertanggung Jawab secara Hukum

Tidak Cukup Dibebastugaskan, Direktur STIP Diminta Bertanggung Jawab secara Hukum

Megapolitan
Polisi Selidiki Penyebab Tawuran di Kampung Bahari yang Bikin Jari Pelaku Nyaris Putus

Polisi Selidiki Penyebab Tawuran di Kampung Bahari yang Bikin Jari Pelaku Nyaris Putus

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 13 Mei 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 13 Mei 2024

Megapolitan
Yayasan SMK Lingga Kencana: Perpisahan di Luar Kota Disepakati Guru dan Siswa

Yayasan SMK Lingga Kencana: Perpisahan di Luar Kota Disepakati Guru dan Siswa

Megapolitan
Tawuran Pecah di Gang Bahari Jakut, 1 Korban Jarinya Nyaris Putus

Tawuran Pecah di Gang Bahari Jakut, 1 Korban Jarinya Nyaris Putus

Megapolitan
Dharma Pongrekun Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen ke KPU Jakarta

Dharma Pongrekun Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen ke KPU Jakarta

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 13 Mei 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 13 Mei 2024

Megapolitan
Pungli di Masjid Istiqlal Patok Tarif Rp 150.000, Polisi: Video Lama, Pelaku Sudah Ditangkap

Pungli di Masjid Istiqlal Patok Tarif Rp 150.000, Polisi: Video Lama, Pelaku Sudah Ditangkap

Megapolitan
Orangtua Korban Tragedi 1998 Masih Menunggu Anak-anak Pulang Sekolah...

Orangtua Korban Tragedi 1998 Masih Menunggu Anak-anak Pulang Sekolah...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com