JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang ibu bernama Sami'na (37) merasa beruntung karena anaknya, Mufidah (6), selalu bersemangat untuk bersekolah sedari TK.
Bahkan, saat libur pun, Mufidah selalu mengajak ibunya untuk bersekolah.
Namun, siswi kelas 1 SDN Pulo Gebang 04, Jakarta Timur, itu sempat terkejut saat mengetahui bahwa ia harus bangun lebih pagi.
"Dia memang selalu mau sekolah, sudah semangat dari sebelum pendaftaran SD, tapi dia kaget karena harus bangun lebih pagi," ucap Sami'na di Cakung, Jakarta Timur, Rabu (12/7/2023).
Baca juga: Hari Pertama Sekolah, Siswa SDN 01-06 Duri Utara Beraktivitas di Antara Tenda Pengungsi Kebakaran
Sami'na mengungkapkan, saat masih bersekolah tingkat TK, anaknya tidak harus bangun pagi.
Namun, karena SD di Jakarta secara serentak masuk pada pukul 06.30 WIB, Mufidah harus sudah bangun sejak sekitar pukul 05.00 WIB untuk siap-siap dan berangkat pukul 06.00 WIB.
Mengetahui hal ini, Mufidah menanyakan alasan di balik jam masuk sekolah yang lebih pagi daripada ketika ia masih TK.
"Dia tanya, 'Kalau masuknya 06.30 WIB, kenapa?'. Saya bilang kalau SD ikut aturan pemerintah. Jadi enggak bisa atur sendiri kayak pas di masih TK," jelas Sami'na.
"Anak saya tanya, 'Berarti aku harus bangun lebih pagi setiap hari?'. Dia kaget di situ, terheran-heran karena jam sekolahnya jadi lebih pagi," imbuh dia.
Baca juga: Hari Pertama Anaknya Sekolah, Orangtua: Dia Susah Dibangunin, Masih Ngantuk Saat Berangkat
Sami'na mengatakan, ia sudah menyiapkan segala hal untuk membuat anaknya merasa nyaman bersekolah SD.
Sejak jauh hari, peralatan sekolah sudah dibeli. Untuk seragam, ia hanya membeli seragam merah putih.
Saat ini, ia masih menunggu instruksi lebih lanjut dari pihak sekolah terkait jenis seragam lainnya, yakni seragam olahraga dan batik.
Baca juga: Kegembiraan Hari Pertama Sekolah di Jakarta, Ada yang Semangat Bangun Pagi sampai Nyanyi Bersama
Selain itu, Sami'na juga mempersiapkan anaknya secara mental agar siap menghadapi teman-teman dan lingkungan baru.
Salah satunya memberi nasihat agar sang anak menjaga tingkah laku dan cara bicaranya supaya tidak berteriak-teriak.
"Saya juga nasihati supaya anak harus lebih sabar dan jangan cepat marah. Terus, berteman dengan siapa saja," terang Sami'na.
Lebih lanjut, ia juga mengajari Mufidah untuk selalu menjaga diri dari sentuhan orang lain, meski dalam hal bercanda.
"Saya bilang, 'Jangan pernah kamu bolehin orang lain menyentuh bagian sensitifmu, kecuali itu kamu sendiri dan mama'. Kalau dipegang, saya suruh teriak. Kalau orangnya marah, saya suruh gigit," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.