JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPD Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DKI Jakarta Mualim Wijoyo menilai, mal membutuhkan inovasi untuk bisa bertahan di tengah ketatnya persaingan saat ini.
"Kalau berbicara persaingan satu dengan yang lain kan dagangannya beda-beda, jadi sekarang itu adu konsep sih, kemudian adu gagasan. Kalau mal itu melakukan suatu perbaikan, melakukan inovasi, tentunya sangat menarik," kata dia kepada Kompas.com, Kamis (27/7/2023).
Mualim mengatakan, banyak mal yang telah mengubah konsep foodcourt dengan menyediakan gerai-gerai kekinian.
"Banyak sekali mal yang mengubah konsepnya, yang tadinya foodcourt biasa saja, sekarang diubah menjadi kekinian, banyak produk artisan yang sedang tren," kata dia.
Baca juga: Plaza Semanggi Kian Sepi, Pengunjung: Perlu Upgrade Sih biar Malam-malam Enggak Seram...
Sementara itu, dari sisi fesyen, pengelola mal harus mulai melek dengan keberadaan produk-produk lokal yang kian bersaing dari sisi harga dan kualitas dengan aneka merek impor.
Menyediakan produk lokal yang berkualitas bisa menjadi daya tarik agar pengunjung datang ke mal.
"Sekarang di mal juga barang-barang Indonesia juga bagus-bagus, dari UMKM yang sudah buka di beberapa mal, dengan packaging yang bagus, material dan desain yang bagus, harganya juga bersaing," ujar Mualim.
Selain itu, mal harus diubah menjadi tempat yang nyaman untuk berkumpul. Inovasi ini harus dilakukan seiring bergesernya fungsi mal menjadi tempat pertemuan untuk bersosialisasi.
"Saya tekankan bahwa mal saat ini bukan hanya sebagai tempat berbelanja, tapi juga sarana wisata, juga destinasi sosial," tutur Mualim.
Baca juga: Mal Plaza Semanggi yang Mati Suri, Pengunjung Hanya Datang untuk Makan dan Nonton Bioskop
Dia mencontohkan, keluarga dulu lebih sering berkumpul di rumah. Namun, kini banyak keluarga yang memilih mal sebagai lokasi pertemuan keluarga.
"Dulu generasi saya dan orangtua saya masih ada orang bertamu, ke saudara, teman, dan lainnya. Tapi sekarang orang lebih ke janjian, 'Janjian yuk di mal'. Nah itu berarti mal sudah menjadi tempat bersosialisasi bagi masyarakat sekitar," ujar Mualim.
Sementara itu, masyarakat dari daerah lain kerap menjadikan mal sebagai destinasi wisata agar mendapat pengalaman baru di perkotaan.
"Bagi teman-teman daerah, mal itu juga sebagai tujuan wisata, bisa wisata belanja, hangout, experience. Apalagi sekarang banyak di medsos restoran menarik. Jadi orang yang datang ke Jakarta ingin mendapat experience itu," tutur Mualim.
Baca juga: Menikmati Indahnya Langit Senja di Puncak Plaza Semanggi
Untuk itu, Mualim menyampaikan bahwa mal harus bisa memenuhi keinginan pasar untuk bersaing saat ini, termasuk brand yang ada di dalam mal itu sendiri.
Mualim berkata, sebuah brand bisa aja mengundang artis untuk tampil mengisi acara untuk meningkatkan penjualan. Hal ini juga bisa berdampak besar pada mal secara keseluruhan.
"Tenant kan juga bisa meng-endorse. Kayak pernah ada artis Korea, ramai banget di Central Park, kemudian waktu Sheila on 7 di Kokas begitu membeludak. Itu bisa jadi artis mau meng-endorse suatu produk, cuma produknya ada di salah satu mal," ujar dia.
Adapun sejumlah mal di Jakarta sepi pengunjung belakangan ini. Ratu Plaza, Mal Blok M, dan Plaza Semanggi ialah tiga di antara sekian mal yang mati suri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.