DEPOK, KOMPAS.com - Komunitas Nol Sampah meyakini, tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) di Kota Depok, Jawa Barat, nantinya bakal mencemari lingkungan di sekitar lokasi tersebut.
Sebab, TPST itu nantinya akan mengolah sampah menjadi refused-derived fuel (RDF), bahan bakar pabrik semen setara batu bara muda.
Pendiri Komunitas Nol Sampah Hermawan Some berujar, polusi yang dihasilkan TPST berupa polusi udara serta air tanah.
"Polusi udara, pastinya. Polusi air tanah juga pasti ada," ujar dia melalui sambungan telepon, Selasa (1/9/2023).
Baca juga: TPST Dinilai Bukan Solusi Tepat Atasi Masalah Sampah di Depok, Malah Timbulkan Pencemaran
Hermawan menguraikan, pencemaran itu berasal dari proses pembakaran sampah menjadi RDF. Menurut dia, selain menjadi RDF, sampah yang dibakar juga menghasilkan abu.
Abu itu bisa mencemari udara serta air tanah. Hermawan mencontohkan, TPST di Depok mengolah 100 ton sampah menjadi RDF. Abu yang dihasilkan 100 ton sampah itu berjumlah 10 persennya.
"Nanti abu hasil pembakarannya mau dikemanakan? Pasti 10 persen hasilnya abu. Misal, bakarnya 100 ton (sampah), berarti akan ada 10 ton abu," ucap dia.
Selain itu, kata Hermawan, pencemaran ini bisa membuat masyarakat yang bermukim di sekitar TPST melayangkan protes.
Baca juga: RDF Olahan TPST Depok Akan Dijual ke 2 Perusahaan Swasta
Karena itu, ia menegaskan, rencana pembangunan TPST di Kota Depok bukanlah langkah tepat untuk mengatasi persoalan sampah di Kota Belimbing.
"Karena (menghasilkan) RDF, nanti ada pencemaran di lokasi pabrik (TPST), jadi masalah. Kan bisa jadi ada masyarakat sekitar protes," tutur dia.
Untuk diketahui, TPST di Depok akan dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). TPST ini bakal dibangun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung, Depok.
Proses awal pembangunan dimulai dari pembuatan detail engineering design (DED). Setelah itu, dilanjutkan lelang jasa konstruksi pembangunan TPST.
Baca juga: Pastikan TPST Cipayung Ramah Lingkungan, Pemkot Depok: Kalau Enggak, Masa Dibiayai APBN?
Proses lelang jasa konstruksi akan rampung pada akhir 2023. Dengan demikian, pelaksanaan pembangunan konstruksi TPST akan berlangsung pada 2024.
Pembangunan konstruksi TPST akan berlangsung selama setahun. Berdasarkan lini waktu tersebut, TPST di TPA Cipayung bakal beroperasi pada 2025.
TPST itu nantinya mengolah 300 ton sampah per hari. RDF yang dihasilkan sekitar 53 persen dari 300 ton sampah yang diolah atau setara dengan 159 ton.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.