JAKARTA, KOMPAS.com - Sudah empat tahun Rahel Rahayu Pratiwi (28) merantau di Jakarta. Pahit manis ragam kehidupan di Ibu Kota pun sudah dikecapnya.
Berdasarkan pengalamannya, menurut Rahel, ada beberapa hal yang pelu diketahui oleh mereka yang ingin mencoba mengadu nasib di Ibu Kota.
Kata Rahel, satu hal yang patut mendapat perhatian lebih untuk bertahan hidup di Jakarta ialah kemampuan menjaga diri, khususnya terkait memilih teman sepergaulan.
Baca juga: Terseok-seok, Perantau Asal Madura 7 Tahun Hidup di Jakarta yang Tak Sesuai Ekspektasi
“Orang jahat di Jakarta banyak, tapi orang baik di Jakarta juga enggak kalah banyak. Harus pintar pilih teman, jangan segan bilang enggak. Misal, diajak minum Starbucks setiap hari ya gila, keuanganmu boncos,” kata Rahel saat diwawancarai Kompas.com di kawasan Harmoni, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (8/9/2023).
Penting bagi perantau untuk mengatur keuangannya, apalagi kalau gaji masih pas-pasan. Mereka harus cermat, kapan mengeluarkan uang untuk keinginan dan kebutuhan.
“Kalau ada budget ya aku pergi (jalan-jalan sama teman). Kalau enggak ada, ya aku enggak pergi,” tutur wanita yang bekerja sebagai analis kesehatan itu.
Sebagai perantau, Rahel terdorong untuk belajar masak demi menghemat pengeluaran.
Bahkan, Rahel menyebut ibunda sebagai orang yang paling getol memotivasi dirinya agar mulai mencoba bersentuhan dengan alat dapur untuk mengolah masakan sendiri.
“Selalu ditekankan dari mamaku, ‘Yang bisa kamu hemat itu cuma makanan, Hel. Kalau kebutuhan lain yang harus-harus itu ya dikeluarkan (jangan hemat-hemat)'" ujar Rahel.
Itulah sebabnya Rahel selalu memilih rumah kos yang memiliki area dapur, apalagi kalau sudah lengkap dengan gasnya.
Baca juga: “Culture Shock” Perantau di Jakarta, Kaget Lihat Orang Makan Mi Ayam Pukul 06.00 Pagi
“Jadi enggak ada rasa sungkan juga ke anak-anak kos lain karena sering masak,” lanjut dia.
Sebagai contoh, Rahel bisa membeli ayam fillet seharga Rp 30.000 untuk dua kali makan. Selain itu, jika ditotal dengan sayuran lain, dia hanya perlu mengeluarkan uang sekitar Rp 40.000 untuk dua kali makan.
“Sekarang di warteg saja harganya Rp 17-20.000. Kita enggak tahu masakannya bersih atau enggak, sesuai lidah atau enggak,” celetuk Rahel.
Selain lebih hemat, Rahel juga berpendapat bahwa ada banyak peluang usaha dengan memasak sendiri.
“Kalian bisa masak sambil sekalian menawarkan ke teman-teman kalau emang masakan kalian enak,” jelas dia.