JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia (Menko PMK) Muhadjir Effendy berharap, masyarakat bisa memulai dari diri sendiri dalam menjaga kualitas udara Ibu Kota.
Upaya yang dilakukan itu bisa menjadi satu kontribusi untuk kepentingan bersama.
“Kita (masyarakat) kalau selalu mengeluh dengan polusi Ibu Kota yang seperti ini, cobalah dari diri sendiri,” kata Muhadjir kepada Kompas.com saat diwawancarai di kawasan MH Thamrin, Menteng, Jakarta Pusat pada 28 Agustus 2023.
“Lakukan sesuatu, walaupun mungkin itu punya arti yang sangat sedikit di antara persoalan yang ada, ya,” ucap dia.
Baca juga: Menag Minta Umat Islam Gelar Shalat Istisqa Saat Musim Kemarau dan Polusi
Sebagai contoh, masyarakat bisa melakukan pengorbanan untuk tidak menggunakan mobil pribadi. Sebagai gantinya, beralih dengan menggunakan transportasi umum.
Tak perlu setiap hari, bisa dimulai dengan beberapa kali seminggu.
“Mungkin tak nyaman karena tak pakai mobil pribadi, tetapi apa ada salahnya kita berbagi dengan kepentingan umum ini? Kita mengurangi sebagian kenyamanan, demi kepentingan bersama,” ucap Muhadjir.
Kualitas udara Ibu Kota cenderung buruk dalam sebulan terakhir. Pada Sabtu (16/9/2023) pagi ini misalnya, kualitas udara Jakarta masuk kategori tidak sehat.
Dikutip dari laman pengukuran kualitas udara IQAir, indeks kualitas udara di DKI Jakarta per pukul 07.00 WIB tercatat di angka 163.
Baca juga: Pemprov DKI Sebut Data IQAir Tidak Akurat Buat Prediksi Kualitas Udara Jakarta
Jakarta berada di peringkat pertama dalam deretan kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.
Kualitas udara Jakarta pada pagi ini jauh lebih buruk dibandingkan pada Jumat (15/9/2023) pagi, di jam yang sama.
Pantauan Kompas.com, langit Ibu Kota di kawasan Jakarta Selatan pada pagi ini tak sebiru beberapa hari lalu.
Langitnya tampak berkabut yang membuat warna biru menjadi pucat.
Hal ini sejalan dengan peningkatan indeks kualitas udara Jakarta menurut data IQAir.
Konsentrasi polutan tertinggi dalam udara DKI Jakarta pagi hari ini yakni PM 2.5, dengan nilai konsentrasi 78 mikrogram per meter kubik.
Konsentrasi tersebut 15,6 kali nilai panduan kualitas udara tahunan World Health Organization (WHO).
Merespons buruknya kualitas udara di Jakarta, situs IQAir merekomendasikan masyarakat untuk mengenakan masker, menghidupkan penyaring udara, menutup jendela, dan hindari aktivitas luar ruangan.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga telah mengambil beberapa langkah untuk mengatasi masalah polusi udara, antara lain penerapan work from home (WFH) bagi aparatur sipil negara (ASN) dan melakukan razia uji emisi kendaraan bermotor.
Selain itu, upaya lain yang dilakukan yakni penyiraman jalan dengan water cannon dan menyemprotkan air dari atap gedung tinggi di Jakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.