Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pro-Kontra Pelarangan "Social Commerce", Tidak Akan Kembalikan Pembeli di Tanah Abang

Kompas.com - 27/09/2023, 21:15 WIB
Xena Olivia,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Polemik pelarangan penjualan daring melalui aplikasi social e-commerce Tiktok Shop tak kunjung berakhir.

Sejumlah konsumen menganggap pelarangan Tiktok Shop kurang efektif lantaran tak memberi jaminan pelanggan Pasar Tanah Abang akan kembali.

Pekerja lepas Rico (22), salah satunya. Dia mengetahui dan bersimpati terhadap para pedagang di Pasar Tanah Abang yang sepi pembeli.

Menurut dia, pelarangan Tiktok Shop bukan solusi.

Baca juga: Saat Konsumen Tak Setuju Larangan Jualan di Social Commerce: Rugikan UMKM dan Pedagang Kecil yang Tengah Merintis

“Dengan menutup Tiktok Shop atau Shopee Live, enggak akan mengembalikan pembeli di Tanah Abang yang katanya sepi pembeli,” tutur Rico kepada Kompas.com saat dihubungi.

“Karena memang sekarang sudah eranya digital, yang konvensional harus menyesuaikan,” sambung dia.

Rico berharap Pemerintah bisa memberikan edukasi strategi pemasaran kepada para pedagang agar dapat berjualan secara daring. Menurut dia, permasalahan utamanya bukan berada di aplikasi itu sendiri, melainkan perkembangan zaman dan teknologi.

“Di mana ya kalau dilihat itu (perkembangan zaman dan teknologi) bukan masalah. Kasihan pedagang, cuma mereka enggak ada pilihan lagi. Mereka harus pikirkan cara promosi dan kreatif untuk pemasaran,” ujar dia.

Baca juga: Sayangkan Larangan Jualan di Social Commerce, Konsumen: Padahal Harganya Lebih Murah

Pegawai swasta bernama Putri (28) mengatakan hal serupa. Menurut dia, tanpa Tiktok Shop, ada banyak konsumen di berbagai e-commerce lainnya, contohnya Shopee dan Tokopedia.

“Enggak ngaruh (Tiktok Shop dilarang). Sebelum ada Tiktok Shop aja tuh rame kan orang belanja online di platform lainnya,” kata Putri kepada Kompas.com.

“Kalau dari aku yang faktor mager, memang lebih suka belanja online saja,” lanjut dia.

Begitu juga dengan pegawai swasta Elias (27). Dia berpendapat, kecil kemungkinan Pasar Tanah Abang kembali ramai dengan adanya pelarangan penjualan lewat Tiktok Shop.

“Karena kan tetap saja ada Shopee, Lazada, dan lain-lain di mana konsumen bisa beli baju secara instan. Dari rumah enggak usah pakai keluar lagi,” celetuk dia.

Putri menimpali, dia justru terbantu dengan adanya Tiktok Shop. Bagi dia, sistem berjualan melalui siaran langsung membantunya mengetahui informasi terkait produk yang ingin dibeli dengan lebih detail.

“Di Tiktok Shop lebih informatif. Aku jadi ada pandangan barangnya kayak apa,” imbuh dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com