JAKARTA, KOMPAS.com - Harga sejumlah komoditas pangan di sejumlah pasar-pasar yang ada di DKI Jakarta masih terus merangkak naik.
Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai, kenaikan harga pangan merupakan ancaman terbesar bagi masyarakat di tengah pemilu.
"Biaya pengangkutan beras naik menyesuaikan harga bahan bakar minyak (BBM), pupuk non-subsidi juga mahal, ada faktor cuaca ekstrem," ucap Bhima kepada Kompas.com, Senin (23/10/2023).
Seperti diketahui, rangkaian Pemilu 2024 sudah berjalan sejak 14 Juni 2022. Adapun pemungutan suara direncanakan berlangsung pada 14 Februari 2024.
Berdasarkan data yang dilansir dari Info Pangan Jakarta (IPJ) per 21 Oktober 2023, mayoritas harga pangan berada di zona merah atau mengalami kenaikan.
Bhima berujar, dalam berbagai survei menunjukkan sebagian besar pemilih mengeluh soal mahalnya harga pangan yang disusul dengan masalah lapangan kerja.
Belum lagi, kata dia, ada ancaman pelemahan kurs rupiah menimbulkan inflasi barang-barang dari luar negeri (imported inflation) karena sebagian pangan impor.
Baca juga: Saat Harga Cabai di Pasar Tomang Barat Melonjak tapi Kualitasnya Buruk...
"Di sisi lain, pendapatan masyarakat khususnya menengah ke bawah makin tidak mampu mengimbangi kenaikan harga pangan," ucap Bhima.
Kendati demikian, hingga saat ini Bhima belum melihat adanya visi dan misi dari masing-masing pasangan calon presiden dan wakil presiden yang solutif yang berkaitan dengan masalah pangan ini.
"Kalau perlu janji kampanye 100 hari pertama jika terpilih bisa turunkan harga beras kembali ke 2022, dengan catatan petani tetap untung," ucap Bhima.
Kondisi ini sebetulnya sudah diingatkan oleh para ekonom sejak awal tahun.
Baca juga: Pedagang Bingung Kenapa Harga Telur Ayam Naik, padahal Stoknya Stabil
Menurut Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Erani Yustika, stabilitas politik di tahun menjelang pelaksanaan pemilu akan sangat dipengaruhi oleh stabilitas di bidang ekonomi.
”Pemerintah harus menjaga ekonomi kokoh, bukan semata soal kebutuhan pokok, tetapi karena di tahun politik ini, masalah harga ini menjadi faktor penyulut yang mudah memanaskan suasana politik,” ujar dia, dikutip dari Kompas.id, Kamis (2/3/2023).
Sejumlah pedagang merasa bingung dengan kenaikan harga pangan yang masih terus terjadi ini, salah satunya pedagang telur Pasar Kaget, Pondok Kelapa, bernama Yuli (42).
"Telur ayam negeri padahal stoknya enggak pernah kosong atau menipis, selalu ada. Bingung juga kenapa harganya enggak stabil," ujar Yuli, Kamis (19/10/2023).